[Viola POV]
Siang ini tidak ada jadwal kuliah, dan bisa dibilang aku sedang bersantai-santai. Ya, mau bagaimana lagi? Aku sedang tidak ingin kemana-mana. Karena hari ini sangat badmood. Beruntung ancaman Bayu tidak dilaksanakan. Jadi akhir pertemuan tidak mendapatkan ujian. Aku memutuskan untuk membaca buku novel yang sempat aku beli dua bulan lalu. Sampai sekarang belum pernah aku baca satu paragrafpun.
Aku menatap layar ponselku, melihat siapa yang mengirim Line di siang bolong seperti ini.
BayuF. : Hai Viola, apakah aku boleh sekedar main di apartemenmu?
Aku tersenyum melihat kata-kata ini, sagat berbeda dari 3 tahun yang lalu. Ya aku balas saja boleh. Dan seketika itu juga novel yang tadi minat aku baca tidak lagi menarik. Ah, biarkan dia tetap tertutup rapi dan kembali menjadi pajangan.
Sekitar 20 menit aku menunggu, akhirnya suara bel pintu sudah berbunyi nyaring di ruangan ini. Aku melangkahkan kakiku untuk segera membukakan pintu. Aku melihat dirinya yang tampan sedang menatapku.
"Kenapa berdiri aja? Ayo masuk," ajakku dengan penuh senyuman. Dia berjalan membelakangiku.
Bayu sudah duduk tenang di sofa dan menaruh tas kerjanya, pasti baru saja dari kampus. "Kenapa juga Viola? Ada yang salah dengan penampilanku? Oh atau jangan-jangan kamu tertarik denganku?" Bayu menaik turunkan alisnya.
Aku berdecak sebal seraya memutar kedua bola mataku. "Jangan berharap deh, Bayu."
Bayu hanya mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. "Bagaimana?"
"Bagaimana apanya?" tanyaku balik.
Bayu mendesah, "Pertanyaanku yang kemarin malam. Umurmu sudah menuju pernikahan, kan?"
Aku terbelalak mendengar perkataannya, "Apa? Umurku masih 20 tahun dan jauh dari kata pernikahan, aku tidak mau menikah muda!"
Rasanya aku sudah salah tingkah, memangnya dia mengajakku menikah ya? Astaga Viola.
Dia tertawa pelan. "Jadi siapa yang mengajakmu menikah? Aku hanya ingin menjadi kekasihmu, kalau mau menikah aku juga siap, Viola." Bayu mendekatkan wajahnya, dekat sekali dengan wajahku. Seketika itu juga aku susah menelan salivaku.
"Ehmm... Bayu tolong jauhkan wajahmu dariku, ya?" tukasku gugup. Benar-benar gugup! Astaga, aku susah sekali untuk menjauhkan wajahku darinya.
Kulihat dia tersenyum miring. Lalu sedetik kemudian dia tertawa sembari menjauhkan wajahnya dariku, aku menutup mukaku dengan bantal sofa karena kalian tahu? Mukaku memerah!
"Kenapa? Kamu terpesona, kan? Aku juga terpesona denganmu sudah dari hari pertama kita bertemu. Kamu ingat, kan?" Seketika itu juga jantungku berhenti berdetak. Mengingat kembali hari dimana kami bertemu untuk pertama kalinya, bahkan tidak dapat aku lupakan.
"Iya aku ingat, lalu kenapa? Kamu terpesona padaku? Ck, itu tidak mungkin," cibirku sembari menjauhkan bantal sofa dari wajahku.
Bayu mengangkat satu alisnya, "Kenapa tidak mungkin?"
"Buktinya kamu menyukai Novi daripada aku? Ah sudah lah aku sedang malas membahas masa laluku yang bisa kubilang," menyakitkan, lanjutku dalam hati. Ya itu sangat menyakitkan. "Membosankan," dustaku, melengkapi perkataanku.
"Baiklah, itu karena Romi yang menyuruhku untuk menjauhimu, dan juga membuatku terpaksa menerima Novi. Maaf untuk kejadian waktu itu." Bayu menatapku sendu, dan perasaanku kini berkecamuk tidak nyaman.
"Baik, itu tidak apa-apa," jawabku enteng. Padahal berat sekali mengatakan hal ini. Dasar Romi, dia sejak dulu sudah mengibarkan bendera perang.
"Baiklah, aku harap kita akan memperbaiki hubungan kita seperti dulu sebelum kejadian itu, aku pamit pulang dulu Viola." Bayu membawa tasnya dan berdiri di sampingku. "Besok jangan lupa untuk berangkat kuliah, ada kejutan untuk kalian." Bayu tersenyum mirin. Apa? Kejutan? Astaga, dia benar-benar dosen yang kurang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fascinated (Dalam Revisi)
ChickLit[Completed] (Dalam Revisi) Cerita ini akan diedit ulang dengan bahasa, alur dan ejaan yang lebih baik. Mohon doanya agar cepat selesai dan bisa dinikmati 🙏 -- Cinta memang indah. Tapi, cinta tanpa kebahagiaan akan membuatmu berada di masa-masa suli...