Semua pandangan mahasiswi di kampus ini tertuju padaku, menatapku dengan tatapan sinis dan tidak suka. Aku bingung, kenapa mereka menatapku seperti itu.
"Sudah, tidak perlu dipikirkan. Sebaiknya kakak masuk sana, nanti aku saja yang jemput kakak. Aku ingin hari ini bersama kakak." Rezal mendekatiku yang berada disisi kiri mobil.
"Yang kangen yang kangen. Ya terimakasih adikku. Kakak ke kelas dulu. Nanti aku kirim pesan, oke?" Aku melangkahkan kaki meninggalkan adik tampanku yang baru aku sadari mereka yang menatapku sedang cemburu. Ah, memang susah hidup di antara pria-pria tampan.
Langkahku terhenti saat kerumunan mahasiswi menghalangi jalanku. Koridor ini penuh dengan mahasiswi yang tengah merebutkan-apa-aku tidak tahu. Aku mencoba mencari celah untuk melewatinya, tapi nihil. Sepertinya aku harus memutar atau menunggu sampai mereka bubar.
Sudah lima menit lamanya aku menunggu. Terasa pegal di kaki, aku melihat jam sudah waktunya masuk. Aku harus segera masuk ke kelas, takut terlambat juga. Aku bingung, ada apa disini sampai bermenit-menit mereka tidak bubar juga.
"Viola!" Aku tersentak hingga membalikkan tubuhku, terlihat tubuh tegap Bayu mendekatiku. Tidak aku sadari bibirku tersenyum.
"Kenapa senyum-senyum?" Dia memang mampu mematahkan suasana hatiku.
Aku berkacak pinggang pada dosenku, "Senyum 'kan ibadah. Memang tidak boleh?"
Dia menggeleng, "Senyuman itu hanya untukku. Dan sekarang, aku ini bukan Bayu, aku sedang menjadi dosenmu. Jadi, jagalah senyumanmu. Aku tidak ingin mereka mengusik hidupmu." Bayu membisikkan kata-kata itu saat dia sudah berdiri sejajar di sampingku.
"Percaya diri anda sangatlah tinggi, Mr. Bayu," sindirku yang hanya dibalas tatapan penuh artinya.
"Ekhem! Sedang ada keributan apa disini?" Bayu menghentikan aksi yang sedari tadi menghalangi jalanku. Mereka berhenti dan menatap ke arah kami.
"Ini Pak, ada yang mau tunangan," sahut salah satu mahasiwi disini. Aku mengernyitkan dahiku, sedikit tersinggung dengan kata 'tunangan'.
"Berita tunangan sampai memenuhi koridor? Membuat jam kelas mundur? Ini kelewatan. Kalian mementingkan gosip yang bukan urusan kalian sendiri," hardik Bayu masih dengan sikap tenangnya.
"Tapi, masalahnya yang bertunangan itu adalah Viola dengan Pak Romi yang menjadi Rektor di kampus ini, Pak"
DEG!
Bagaimana bisa kabar ini sampai di mading kampus? Dan apa tadi, Romi sang Rektor kampus? Bagaimana bisa? Ini sungguh keterlaluan. Kenapa aku tidak mengetahui bahwa Rektor disini adalah, Romi. Jadi ini pesan semalam yang dia berikan? Keterlaluan!
"Sudah bubar, kalian ingin dapat kelas atau tidak?" nada Bayu berubah menjadi sedingin es, aku tahu pasti dia sangat terkejut dengan semua ini. Ini terlalu cepat. Tuhan, jangan biarkan Bayu pergi dariku.
"Bayu...," lirihku menenangkan dirinya. Tatapannya lurus ke depan namun kosong. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal menahan emosi.
"Masuk kelas." Nada itu, belum pernah aku dengar. Sikapnya berubah, seperti sedang menahan emosi yang memuncak.
"Bisakah aku jelaskan nanti setelah pulang kuliah? Aku mohon bantuanmu Bay, akan aku jelaskan semua nanti." Aku meninggalkan dosenku yang masih dengan sikap barunya, dingin.
-
Aku masih menundukkan kepalaku, tidak sanggup menatap mata elangnya yang kini menatapku dengan tajam seperti sedang memburu mangsanya. Semenjak kejadian tadi, di kelas Bayu seperti melampiaskan emosinya kepada semua murid di kelas. Jadi, dia memberikan tugas yang sangat susah. Sial 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fascinated (Dalam Revisi)
ChickLit[Completed] (Dalam Revisi) Cerita ini akan diedit ulang dengan bahasa, alur dan ejaan yang lebih baik. Mohon doanya agar cepat selesai dan bisa dinikmati 🙏 -- Cinta memang indah. Tapi, cinta tanpa kebahagiaan akan membuatmu berada di masa-masa suli...