Chapter 17
Author POV
"I am waiting for the time when I am not waiting for you anymore," ujar Viola yang tengah duduk di kursi malas pada balkon kamarnya.
"Dan, pada saat itu juga. Aku yakin, aku akan melupakanmu. Kamu, hanya tersimpan dalam ingatan kecilku. Itu janjiku padamu." Lagi-lagi Viola mengucapkan kata itu lagi. Kata yang di tujukan pada Bayu.
Hari pernikahannya akan berlangsung dua hari lagi. Dan selama satu minggu ini, Viola meyakinkan dirinya untuk benar-benar mencintai Romi. Ya, kali ini Romi bukan Bayu. Dia tidak ingin mempersulit yang sudah menjadi jalannya.
Dia berdiri di tepi balkon, sikunya menyangga pada pagar. Menikmati semilir angin yang terasa sejuk untuk siang hari ini. Siang yang menurutnya begitu panas. Tiba-tiba deru mesin mobil terdengar. Dari balkon kamarnya, Viola dapat melihat aktifitas di halaman rumahnya.
Saat mengetahui siapa pemilik mobil itu, Viola menyunggingkan senyumnya. Selang beberapa waktu, pintu kamarnya terbuka. Menampakkan sosok tampan yang dinantinya. Dia masih memakai setelan jas yang digunakannya untuk bekerja. Sangat mempesona jika dia seperti ini.
"Akhirnya kamu kesini juga." Viola mendekatinya dan memeluknya. Melepas rasa kerinduan yang tidak tahu sejak kapan.
"Kebetulan, pekerjaan sedikit. Jadi, aku bisa main kesini."
Viola mengerucutkan bibirnya. "Kamu terlalu sibuk akhir-akhir ini. Nanti kalau hari pernikahan kita tetap sibuk, bagaimana?"
Romi mengacak rambut Viola, dia tertawa ringan. "Tidak. Aku ambil cuti untuk satu minggu sebelum hari itu."
Belakangan ini memang Romi terlihat sibuk dengan pekerjaannya yang dikantor juga di kampus. Walaupun status dia adalah pemimpin tetapi tetap saja dia sibuk. Tidak mungkin 'kan dia menaruh semua tanggung jawabnya pada orang lain, kecuali terdesak.
"Romi, aku ingin membicarakan hal ini padamu." Viola melepas pelukannya, dia berjalan menuju sofa.
Romi mengamati gerak-gerik Viola. "Apa?"
"Aku, mulai mencintaimu. Aku tidak tahu sejak kapan, mungkin sejak aku mencoba melupakan Bayu. Maaf, jika selama ini aku mengacuhkan perasaanmu. Kini, aku sudah bisa merasakan kebahagiaan jika bersama kamu."
Romi tersenyum. Dia membiarkan Viola menyatakan perasaannya selama ini.
"Kamu tahu? Saat aku koma, aku sama saja lebih memilih menyendiri. Waktu itu, aku merenungkan setiap masalahku. Dan mungkin, perasaan ini memang sudah jatuh padamu." Viola berbalik menatap mata elang Romi.
Romi masih saja tersenyum. Dia melipat kedua tangannya di atas perut. Berdiri santai.
"Aku, mencintai kamu Romi. Sungguh, dari dalam lubuk hatiku. Aku mulai mencintaimu." Viola menunduk, dia memilin jari-jarinya yang biasa dia lakukan saat gugup.
Romi melangkahkan kakinya menuju Viola. Hingga dia menghapus jarak antara mereka berdua. Dia meraih tubuh Viola kedalam pelukannya. Mencium puncak kepalanya tanpa henti. Menghirup harumnya rambut Viola.
"Aku tahu, kamu akan membalas perasaanku. Terimakasih."
Viola meneteskan air matanya, dia terharu dengan semua yang dia rasakan. Perasaan yang tiba-tiba saja datang. Mampu membuat dia menangis. Viola membiarkan air matanya turun membasahi jas Romi.
Sisa hari itu, mereka habiskan untuk banyak bercanda dengan sikap Viola yang manja.
Malamnya, setelah makan malam bersama keluarga. Viola memilih malas-malasan di kamar daripada harus berkumpul. Karena, memang hari ini dia sangat lelah setelah bercanda bersama Romi.
Dia mulai menemukan bahagianya. Bahagia bersama dengan Romi Devryan. Ya, kali ini dia memang serius mencintai Romi. Bukan karena pelampiasan atau apalah yang menyangkut hal itu.
Tengah malam, Viola masih belum bisa memejamkan matanya. Dia masih asik membaca cerita pada wattpad di aplikasi ponselnya. Dia bisa saja tertidur jika cerita itu membosankan.
Ponsel Viola berdering, terdapat satu pesan dari Romi. Jarinya meluncur dengan lihai untuk membuka isi pesan tersebut.
Romi Devryan: Balkon
Alis Viola berkerut, dia menatap lama ponselnya. Lalu, pandangannya beralih pada balkon. Kakinya melangkah pelan menuju balkon. Tangannya menarik pintu kaca sehingga dapat terbuka lebar. Matanya masih menatap depan. Penasaran apa yang dimaksud dengan Romi.
Tepat saat Viola menginjakkan kaki pada lantai balkon, sebuah kembang api meluncur dan pecah di langit. Mengejutkan hati Viola sekaligus terpesona. Tubuhnya terpaku. Matanya menatap langit yang ramai akan cahaya kembang api.
Yang tidak terduga, kembang api itu membentuk tulisan 'Happy Birthday Reviola' yang membuat dia semakin terpesona. Terharu melihat pemandangan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
"Happy Birthday sayang."
Tubuh Viola tersentak saat mendengar bisikan tepat di telinganya. Merinding. Lalu, pelukan dari belakang membuatnya semakin ingin menangis terharu. Tangan Romi yang memeluknya membawa sebuket bunga. Berbagai jenis bunga disana, termasuk camellia. Bunga kesukaannya. Juga mawar hijau yang selalu ingin dia lihat.
"Romi...."
"Ya?"
Viola meraih bunga tersebut. Air matanya tidak hentinya menetes. "Terimakasih, ini, ini, lebih dari apa yang aku impikan," ucapnya dalam isakan.
Romi memeluk erat Viola. Mencium tengkuknya. "Ini belum seberapa Vio. Tidak sepadan dengan rasa bangganya hatiku mendengar kamu mencintaiku."
"Jadi, perasaanmu saat mendengar aku mencintaimu, seperti ini?"
"Hmmm."
Viola berbalik, lalu memeluk Romi erat. Tangisannya pecah saat itu juga. Kejutan ini, yang dia impikan. Viola banyak sekali berterimakasih pada calon suaminya ini. Mengingat dia tidak pernah sebahagia ini.
.
TBC
Huh, updet -___-
Sempet ngestuck dan menghapus beberapa lagi karena pikiran memang gak tau lagi kemana wehehe.... Akhirnya updet juga lah ya walaupun dikit banget. potongan-potongan chapter ini bisa membantu buat ending. Karena, aku nggak mau cepet-cepet ending. Nanti kesannya lucu atau aneh yakan. Haha udahlah.
selamat berbuka puasa bagi yang menjalankannya ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fascinated (Dalam Revisi)
ChickLit[Completed] (Dalam Revisi) Cerita ini akan diedit ulang dengan bahasa, alur dan ejaan yang lebih baik. Mohon doanya agar cepat selesai dan bisa dinikmati 🙏 -- Cinta memang indah. Tapi, cinta tanpa kebahagiaan akan membuatmu berada di masa-masa suli...