Chapter 38

585 20 10
                                    

Chapter 38

Viola POV

Aku tahu, dia akan kembali. Aku tahu dan aku yakin dia akan kembali padaku. Aku tahu aku akan bahagia jika itu terjadi. Aku tahu jika aku sangat merindukannya. Semua aku tahu, bahkan aku tahu jika anak yang kini berada di pelukanku tidak akan melupakanku sebagaimana aku adalah ibunya.

Aku lebih tahu, jika Bayu tidak akan membuat Arion melupakanku. Dia akan selalu menjaga anakku, karena dia masih mencintaiku. Aku tahu itu.

Keluargaku utuh. Kembalinya Arion membuat rumahku ramai akan semua keluargaku. Dari keluargaku hingga keluarga Romi kini memenuhi rumahku. Semua ikut bahagia atas Arion yang tiba-tiba sudah ada di sini.

"Kamu tahu? Dia anak yang pandai. Tuhan mengabulkan semua harapanmu. Dia anak kecil yang pandai, seperti permintaanmu," ucap Romi seraya merangkul bahuku.

Aku mengangguk, dan aku tahu itu. "Anakku, dia pasti akan hebat." Aku masih menitikkan air mata, kebahagiaan membuatku tidak hentinya menitikkan air mata.

Romi memelukku, mendekapku dengan erat. "Kamu bahagia?" tanya Romi masih dalam pelukan.

Aku mengangguk. "Aku, sangat bahagia. Hingga tidak percaya sampai detik ini, Arion ada di depan mataku."

Dagu Romi menempel pada puncak kepalaku, sesekali dia mencium puncak kepalaku. Aku merasakan kehangatan yang terjadi. Semua ini membuatku lebih tenang. Aku senang saat semua orang bahagia. Aku senang saat semua orang tertawa di depanku.

Tetapi, aku tidak bahagia saat Bayu kini mendekam di balik jeruji besi dengan suasana yang dingin. Tidak, sama sekali aku tidak bahagia.

"Romi, apa kamu yakin dengan keputusanmu? Tidakkah kamu bebaskan saja dan maafkan?"

Romi mendesah, dia melepas pelukannya dan berganti memegang kedua bahuku. "Hukum berlaku adil, Viola. Semua harus didasari dengan hukum. Lagi pula, Bayu juga ingin melakukan hal itu. Dia juga merasa bersalah padamu."

"Tapi, aku kurang setuju...."

"Sudahlah. Tidak usah kamu pikirkan ya?"

Aku mengangguk pasrah. Lalu, kuputuskan untuk menghampiri keramaian di ruang tamu. Mencoba menepis pikiran tentang hal ini.

**

"Arion, Neva. Sedang apa kalian?" tanyaku seraya menghampiri kedua buah hatiku yang tengah bermain di ruang keluarga.

Arion menoleh seraya tersenyum. "Neva mengajakku untuk bermain boneka, Bunda."

"Arion, kamu mau ikut Bunda tidak?"

"Kemana Bun?"

"Menjenguk Ayah Bayu, mau ikut tidak?"

Arion tersenyum, dia mengangguk. "Kalau itu, Arion akan menemani Bunda. Tenang saja, Arion tidak akan memberi tahu kepada Ayah."

Setelah itu, aku dan kedua anakku bergegas menuju rumah tahanan. Aku hanya tidak enak hati saat aku bahagia, dia malah menderita. Aku memang marah padanya, tapi aku tidak akan lupa jika dia pernah menjadi bagian dalam kenanganku.

"Ayah Bayu!" teriak Arion pada Bayu, aku hanya mengulas senyum.

Bayu tertawa seraya membalas pelukan Bayu. "Hai, jagoan Ayah! Bagaimana? Senang bukan hidup bersama Bunda kamu yang cantik?"

"Ya! Aku senang. Tapi, Ayah tidak senang, bukan?"

Bayu berdeham, dia melirikku sekilas lalu menatap Arion kembali. "Nak, Ayah pernah bercerita bukan? Jika seseorang berbuat jahat, maka dia akan mendapatkan imbalannya. Dan saat ini, Ayah telah mendapatkan apa yang harusnya Ayah dapatkan."

Fascinated (Dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang