Chapter 19

438 25 2
                                    

Chapter 19

Author POV

Tepat saat Viola berharap Romi ada disisinya, dia datang. Dia datang dengan sigap, lalu membalikkan tubuh Viola dengan cepat dan segera masuk kedalam pelukannya.

Kekhawatiran Romi benar, saat dia sedang melihat para pekerja yang lalu lalang, tiba-tiba dia melihat Bayu ada di depan gerbang. Tanpa pikir panjang, dia segera berlari menuju kamar Viola. Terbukti dari nafasnya yang masih dia atur agar membaik.

Masih bisa rasakan tangisan Viola yang mengeras. Dia mencoba menenangkan Viola, yang harus dia lakukan saat ini. Dia masih diam, matanya tertuju pada gerbang. Mantan sahabatnya itu masih berdiri disana. Seolah menanti kedatangan Viola.

"Sssh, sudah jangan menangis."

"Kenapa dia datang? Kenapa dia datang saat aku mulai melupakannya? Aku tidak ingin melihatnya, karena itu membuatku ingin semakin melupakannya. Aku sudah berjanji padanya, bahwa aku akan mengingatnya dalam ingatan kecilku."

Romi terdiam, dia menatap lagi Bayu yang sepertinya akan segera pergi. "Dia datang untuk, mengucapkan perpisahan pada kamu. Dia akan pergi menuju palembang."

"Aku harap dia segera pergi. Aku disini akan menjaga perasaanmu, aku, aku berjanji jika aku akan selalu mencintaimu." Isakan Viola mereda.

"Aku percaya itu." Romi mengeratkan pelukannya.

-

Hidup sebahagia ini, siapa yang dapat menyangka?

Berdiri di altar suci dengan gaun serba putih untuk mempelai wanita juga setelan jas hitam yang kasual untuk mempelai pria. Terucap janji suci yang mengikat mereka dalam pernikahan sehingga menjadi keeluarga yang sakinah, mawadah, warahmah.

Senyum terpampang jelas di bibir kecil Viola. Dia tersenyum bahagia seakan melupakan kejadian kemarin sore yang membuat hatinya tercubit. Karena, dia tersenyum untuk laki-laki yang berdiri tegap disampingnya. Yang juga menebar senyum walaupun hanya beberapa detik. Karena, dia tidak suka senyum.

"Kim Reviola Natasha, you're mine now and forever."

Viola tertawa mendengar bisikan Romi yang menggelikan. "Romi Devryan Faris, you're my husband now, and forever if I want it."

Terdengar geraman Romi yang membuat Viola semakin tertawa. "No. But, you're my everything," bisik Viola tepat pada telinga Romi.

Senyum Romi mengembang, dia merangkul pinggang Viola. Mencium puncak kepalanya. Mereka memang dalam masa-masa bahagia. Dan, kebahagiaan mereka adalah bersama. Tanpa mengetahui sebelumnya siapa yang kita cintai.

Yang terpenting, sekarang Viola mencintai Romi. Bukan Bayu. Dia, angin lalu, yang cukup membekas.

-

Malam ini, Viola baru saja selesai mandi. Lalu dia memakai piyama tidurnya. Merasa malam yang indah, dia berjalan menuju balkon. Menikmati semilir angin malam juga memandangi rasi bintang.

Viola juga menyalakan musik klasik dari dvd yang membuat suasana menjadi tenang. Lalu, dia duduk di kursi malas pada balkon. Wajahnya mengadah, matanya terpejam. Dia duduk dengan sesantai mungkin.

"Night, sayang."

Viola tersentak, dia membuka matanya dengan cepat karena terkejut. "Kamu, bisa tidak jika tidak mengejutkanku?" Dia mengingat pagi itu saat dia sedang menikmati parfum Romi yang melekat pada bantal.

Romi tertawa tulus. "Kamu sedang apa disini? Lebih baik masuk ke dalam."

Mendengar suara Romi yang seperti menggoda, Viola menutup matanya. "Apa baru saja kamu menggoda istri mudamu?"

"Istri muda?"

Viola berdecak kesal. "Ya, aku 'kan baru saja berumur 20 tahun."

"Memang kenapa dengan umurmu yang 20 tahun?"

Menatap kesal suaminya, Viola hanya bisa pasrah. "Sudahlah, aku selalu kalah."

Romi berdiri menyangga sikunya pada pagar balkon. Menatap Viola yang kini sudah menjadi miliknya, seutuhnya. Dia melirik arlojinya, menunjukkan pukul 10 malam. Lalu dia berjalan masuk ke dalam. "Aku ingin tidur dulu, selamat malam Viola."

"Secepat itu? Apa kamu tidak mau menungguku?" Viola berbalik menatap Romi yang sudah menarik selimutnya. "Romi, oh kamu begitu jahat pada istrimu."

"Jika ingin, tidurlah."

Merasa ada yang salah, Viola menutup wajahnya. "Tidak, kamu saja yang tidur."

Terlalu cepat untuk memulai hubungan yang belum pernah Viola rasakan sebelumnya. Takut, kalau seseram yang dia bayangkan. Sampai saat ini, dia still virgin. Entah sampai kapan, yang pasti cepat atau lambat dia akan kehilangan apa yang selalu dia jaga.

Merasa udara lebih dingin, akhirnya Viola memutuskan untuk masuk ke dalam. Dia menggeser pelan pintu kaca yang terhubung dengan balkon, karena takut Romi terbangun. Langkahnya berderap, menuju tempat tidurnya. Dia menatap lamat-lamat wajah Romi yang tertidur. Tenang.

Viola berbaring, menghadap Romi yang berada di sisi kirinya. Matanya tidak terlepas dari wajah tampan tersebut. Jari jemarinya mengusap wajah yang berkulit putih dan halus. Menyingkap anak rambut yang mungkin mengganggu tidur suaminya.

"Aku tidak tahu, kamu setampan ini jika tertidur," lirih Viola. Dia masih sibuk mengusap wajah suaminya. "Aku berjanji, aku akan setia padamu. Dan, melupakan masa laluku. Kamulah masa depanku."

Tiba-tiba saja, tangan Romi bergerak cepat dan menahan tangan Viola yang masih berada di pipinya. Viola tersentak, dia terkejut melihat Romi yang terbangun dan langsung menangkap basah kegiatannya.

Saat Viola ingin menarik tangannya, Romi menahan. "Ssh, tetaplah pada posisimu."

Viola menelan salivanya kuat-kuat.

Tenang Viola, baru pegang tangan saja. Belum menuju itu.

Selama malam itu, Viola tidak bisa tertidur sampai jam 4 pagi karena dia terus-terusan mengatur detak jantungnya yang ingin meledak.

Paginya, dengan mata yang berat, Viola terpaksa membuka matanya. Karena, Romi mengganggu tidurnya. Masih malas, Viola berguling ke kanan, menghindari ulah Romi. Tidak menyerah, Romi bergelung dan memeluk erat Viola dari belakang. Membuat Viola sulit mengambil nafas.

"Pagi sayang."

"Romi, aku sulit bernafas tolong."

"Kalau gitu, bangun." Romi menarik hidungku. "Atau mau aku—"

Viola membuka matanya lebar-lebar. "Oke-oke aku bangun. Puas?" terdengar suara Romi yang tertawa.

Berjalan menuju kamar mandi, mengambil handuk dan segera dia mandi. Daripada mengurusi Romi yang selalu menggodanya. Dia tidak akan pernah bisa tahan melihat godaan dari suaminya. Dia selalu bergidik ngeri saat Romi mulai tersenyum. Bayangan-bayangan itu selalu menghantuinya.

.

TBC

Maaf chapter ini absurd pake banget!

Fascinated (Dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang