Chapter 14
"Ssstt...."
Aku mengangguk mematuhi perintahnya. Setelah sampai di kamar, dia menutup pintu. Tanganku masih dalam genggamannya, seakan dia tidak akan membiarkanku pergi darinya.
"Bagaimana bisa kamu masuk kesini?"
"Itu tidak penting Vio. Aku ingin tanya, apa kamu sudah yakin?"
Aku terdiam, memikirkan kembali untuk hal ini. Saat aku tahu bahwa aku yakin, aku mengangguk pelan. "Maafkan aku Bayu, aku harus melakukan ini." Aku menunduk, tidak akan kuat menatap mata elang Bayu. Ya dia Bayu, yang menarikku ke kamar.
"Kenapa Vio? Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?" Bayu mencengkram pundakku, sampai aku tidak bisa bergerak.
Aku memberanikan diri untuk menatapnya, mungkin ini terakhir kali aku menatapnya dari dekat. Dan ternyata Bayu sedang menatapku juga. Mata kami saling bertemu, tatapannya teduh juga seperti menyimpan kekecewaan. Aku ingin memeluknya, tapi apakah masih pantas?
"Bayu...."
Telunjuknya menempel di bibirku, tanda aku harus diam. Aku hanya bisa mengangguk pelan. Jari-jari Bayu beralih ke daguku. Perlahan, dia menarik daguku ke arahnya, terlihat wajah Bayu juga mendekatiku.
Aku hanya bisa diam melihat apa yang akan dilakukannya. Bibirku terasa basah saat bibir Bayu menempel pada bibirku. Jujur, first kiss milikku dicuri oleh cinta pertamaku juga. Mungkin ini hal buruk bagi aku yang berstatus calon istri orang. Mataku terpejam mengikuti mata Bayu, sepertinya kami sangat menikmati ini. Walaupun rasanya aku sedikit sulit, karena aku tidak tahu harus bagaimana.
"Love you," lirihnya disela-sela ciuman kami. Aku hanya bisa tersenyum tanpa membalas.
"Bay, aku harus turun. Acaranya sudah mulai," ucapku saat Bayu akan menciumku lagi. Bayu tampak kecewa, namun dia menutupinya dengan senyuman. Senyum yang di paksakan itu tidak terlihat bagus.
Apa sejahat itukah aku padanya, sehingga dia merasakan sakit dan kecewa secara bersamaan?
"Aku hanya ingin bersamamu sebentar saja, apa aku salah Vio?" lagi-lagi mata Bayu seperti menampakkan kekecewaan, mata elangnya luruh seketika saat hatinya juga terluka.
"Maaf. Maafkan aku, gara-gara aku, kamu sakit hati," lirihku. Aku memeluknya, melepas rasa rinduku. Bayu membalas pelukanku, kami hanya ingin saling bahagia walaupun tidak bersama. Aku egois. Benar-benar egois akan hal ini.
Serasa sudah lama kami berpelukan, aku melepasnya. Aku harus turun, bisa-bisa Romi marah padaku jika aku lama. "Aku harus pergi, kamu kembali seperti kamu tadi pergi."
Bayu hanya terdiam, tatapannya berubah kosong. Aku membuka perlahan pintu kamar, melihat keadaan sekitar. Setelah memastikan aman, aku keluar dan membetulkan gaunku mungkin saja kusut akibat perlakuan Bayu tadi.
Aku menemui Romi yang sudah berdiri melipat tangan. Raut wajahnya berubah saat melihatku. Mungkin karena menungguku lama, beruntung dia tidak menghampiriku di kamar tadi. Soalnya, aku tidak melihat Romi disana.
"Dari mana?" Romi bersuara tegas namun sikapnya tetap tenang.
Aku berdiri di sampingnya. "Oh, tadi, baru selesai make upnya. Maaf ya lama."
Romi merangkul bahuku, menariknya sehingga tubuhku menempel padanya. "Jangan mencoba bohong padaku, aku tahu apa yang kamu lakukan di dalam kamar bersama Bayu."
Dia tahu? Bagaimana bisa?
"Apa kamu belum bisa melupakannya Vio? Kau harus melupakannya untuk aku! Mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fascinated (Dalam Revisi)
Chick-Lit[Completed] (Dalam Revisi) Cerita ini akan diedit ulang dengan bahasa, alur dan ejaan yang lebih baik. Mohon doanya agar cepat selesai dan bisa dinikmati 🙏 -- Cinta memang indah. Tapi, cinta tanpa kebahagiaan akan membuatmu berada di masa-masa suli...