EXTRA CHAPTER

1K 23 9
                                    


Extra Chapter

Author POV

Dentingan sendok dan piring menghiasi acara makan malam keluarga kecil ini. Walaupun mereka hanya berempat, tetapi kehangatan dan kerukunan selalu tercipta di antara mereka. Tak ada kekurangan dari keluarga kecil itu. Mereka sudah saling melengkapi.

Setelah acara makan malam selesai, Viola dan Nevada membereskan meja makan dan membawa piring kotor ke dapur. Romi kini menuju ruang kerjanya untuk kembali mengurus pekerjaannya. Sedangkan Arion kini sudah melenggang pergi menuju kamarnya.

"Neva, ada apa dengan kakakmu?" tanya Viola di sela-sela dia tengah mencuci piring.

Neva mengangkat kedua bahunya, tidak tahu. "Mungkin patah hati, Bun. Kak Arion kan suka ngelamun di kamar."

Viola mengerutkan keningnya. "Neva, tolong lanjutkan cuci piringnya ya? Bunda ingin menemui kakakmu."

"Iya Bunda."

Viola kini berjalan menuju kamar Arion yang terletak di lantai dua. Dia merasa khawatir pada anak sulungnya tersebut. Sebenarnya, dia juga sudah curiga bahwa anak laki-lakinya mempunyai sebuah masalah.

"Arion, ini Bunda. Boleh Bunda masuk?" tanya Viola seraya mengetuk pintu kayu berwarna hitam itu.

Tidak lama kemudian, pintu di depan Viola terbuka lebar. Menampakkan Arion yang kini tersenyum padanya, senyum yang tanpa keikhlasan. Viola melangkah masuk ke dalam kamar Arion.

"Bunda ingin mendengar cerita kamu, Arion."

Arion mendesah, dia menghempaskan tubuhnya di sofa dekat jendela. Memasang wajah lusuh yang dia coba sembunyikan dari keluarganya. "Arion tidak dapat bercerita, Bun."

"Kamu sedang merindukan Ayah Bayu?" tembak Viola yang kini mendapati respon terkejut dari Arion. Dia tersenyum, ternyata kegelisahannya benar.

Lima tahun yang lalu Bayu memang sudah dibebaskan. Tetapi, semenjak hari terakhir pembebasan, orang itu seakan ditelan oleh bumi, dia hilang tanpa bekas. Membuat Arion kewalahan karena rindunya belum sempat terobati.

"Bunda benar kan?"

Arion ternyata mengangguk, laki-laki berumur 17 tahun ini mendekati Viola yang tengah duduk di ujung tempat tidurnya. "Sebenarnya, dia kemana? Aku hanya ingin bertemu dengannya. Walaupun sudah ada Ayah, tetapi bagaimanapun dulu Ayah Bayu sudah merawat aku."

Viola memeluk tubuh Arion, dia juga sangat merindukan laki-laki yang pernah menjadi dambaan hatinya. Tetapi, rasanya berbeda saat mengetahui semuanya telah berubah. Untuk merindukan saja sulit, apalagi mengatakan bahwa dia rindu.

"Kamu anak yang baik, Bunda salut dengan kamu. Dia mungkin ada urusan lain, makanya dia tidak menampakkan diri. Kamu hanya perlu menunggu, dan jangan menampakkan kesedihan ini di depan Ayahmu. Dia bisa ikut sedih, karena Ayahmu sudah membuat kamu berpisah dengan dia."

"Ya, aku tahu Bun."

**

Sepulang sekolah, Arion melepas seragamnya dan melemparnya ke sembarang tempat. Menyisakkan kaos putih tipis yang kini dia kenakan. Pikirannya masih terbayang akan wajah seseorang yang pernah mengasuhnya. Bahkan, dia anggap orang itu sebagai ayahnya sendiri.

Ketukan pintu pada kamarnya membuat Arion menoleh. Tidak lama kemudian pintu terbuka dan menampakkan gadis berambut panjang sedang tersenyum kuda padanya.

"Hai kak, boleh masuk?"

Arion mengangguk, lalu dia merebahkan tubuh lemasnya di atas sofa. "Ada apa, Neva?"

Fascinated (Dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang