Chapter 18

506 24 12
                                    

Chapter 18

Viola POV

"Aku sampai lupa, kapan aku terlahir di dunia ini hanya karena masalahku," ucapku pada Romi. Kami berdua menikmati indahnya malam di balkon kamarku.

Romi mengeratkan pelukannya padaku. Mendesah, karena malam ini begitu dingin. "Lupakan masalahmu Viola. Aku akan membantumu melupakan semua masalah itu."

Aku tersenyum manis padanya, merasakan kehangatan yang dibuat olehnya. Bagaimana tidak, aku sangat menikmati momen ini. Dimana kami berdua bersama tanpa ada masalah yang menghantui kami. Masalah itu, aku anggap sebagai angin lalu.

"Tidak mau tidur? Sudah jam dua pagi," ucap Romi seraya melirik arlojinya. Aku menguap begitu saja saat dia mengatakan hal itu. "Tidur, aku akan pulang."

Kepalaku menggeleng. "Tidak mau, aku ingin menikmati hari ini bersamamu," ucapku seraya menenggelamkan wajahku pada tengkuknya.

"Seharian kemarin 'kan sudah. Sekarang kamu butuh istirahat. Udah hampir pagi."

"Tidak mau, Romi."

Terdengar helaan nafas berat dari hidungnya. Membuatku tertawa geli karena sikap manjaku yang berlebihan. Dia mungkin kelelahan menjagaku seharian ini. Terlepas dari pekerjaannya juga. Aku sebenarnya tidak tega melihat dia kelelahan, tetapi aku sangat ingin bermanja-manja dengannya.

"Udara semakin dingin, kita masuk saja ya?"

Akhirnya aku mengangguk. Walaupun pelukan Romi menghangati tubuhku, tetap kalah jika angin berhembus melewati kami. Aku membaringkan tubuhku, Romi mendekatiku saat dia selesai menutup pintu balkon.

Dia menarik selimut untukku. Lalu dia membungkuk, aku bisa merasakan kecupan hangat di dahiku. Mataku terpejam begitu saja saat kecupan Romi berlangsung. Saat aku merasakan dia menjauh, aku membuka mataku dengan cepat.

"Jangan pergi," ucapku. "Please, jangan pergi. Aku, hanya ingin, bersamamu saja." Pipiku memanas seketika saat Romi tertawa. Ya, dengan perubahanku yang sangat drastis ini aku lebih suka membuatnya tersenyum.

Romi mendekatiku lagi, dia duduk di tepi ranjang. "Aku disini, jangan khawatir." Tersenyum, hanya itu jawabanku. Selain malu, aku juga merasa aneh. "Selamat bermimpi yang indah."

"Aku akan memimpikan semuanya tentangmu."

Romi mengacak rambutku. "Kalau begitu." Romi menunjukkan smirknya padaku. Dia berdiri dan memutari ranjang. Mataku mengikuti arah dan gerakannya. "Aku juga akan memimpikanmu."

Dan pada saat itu, tidurku sulit hanya karena Romi tidur di sampingku.

Tidur di sampingku.

Sampingku.

Membuat jantungku tak hentinya berdetak kencang.

Lebih lagi dia tertidur seraya memelukku dari belakang. Aku, lupa bahwa Romi mesum.

-

Pagi harinya, aku tidak menemukan Romi yang seingatku dia tertidur di sampingku. Hanya perasaanku saja atau memang benar, aku bermimpi soal aku tertidur dengannya. Aku berguling ke samping dimana Romi tertidur semalam. Tercium wangi parfumnya yang mampu membuatku tenang. Dan aku yakin, aku tidak bermimpi soal dia tidur bersamaku.

Mataku terpejam, menikmati wangi parfumnya yang sangat harum. Membuatku tenang dan semakin mencintainya. Mencintainya, tegaskan kata itu.

"Morning, Bie."

"HUWAAA." Teriakku sangat terkejut mendapati muka Romi sangat dekat denganku saat aku membuka mataku. Bagaimana tidak terkejut, sedang asiknya menikmati wangi parfumnya yang menempel pada sprei dan bantal dia tiba-tiba saja menampakkan dirinya dengan wajah yang basah. Pasti baru saja mandi.

Fascinated (Dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang