Chapter 16

585 30 12
                                    

Chapter 16

Author POV

Menunggu.

Ya, mereka masih dalam tahap menunggu.

Walaupun yang kalian tahu, Viola sudah sempat sadar hanya untuk seorang Bayu. Bukan untuk mereka yang selalu mengharapkannya.

Koma. Dia hanya tertidur tanpa bisa tahu kapan dia bangun. Penglihatannya saja yang tertutup, yang lain tidak. Dia masih bisa mendengarkan suara orang-orang yang mengajaknya bicara. Mulutnya hanya bisa tertutup rapat. Dia tidak bisa berbicara untuk saat ini.

"Viola, kapan kamu bangun untukku?" Romi membelai rambut Viola yang mulai kusut. "Sudah 25 hari aku tidak melihat senyummu, aku sangat rindu."

Tidak ada jawaban. Sudah diberitahu jika dia hanya bisa mendengarkan suara saja.

"Tidak apa-apa. Aku akan menunggu." Romi menenggelamkan wajahnya pada tangan Viola.

Dia baru kali ini seperti ini. Hanya karena Viola. Ketegasan dan kedinginannya luruh begitu saja. Seorang Romi Devryan tidak akan mungkin melakukan hal seperti ini kalau tidak bersangkutan dengan perasaannya.

Jika saja Viola dapat tertawa, dia akan tertawa sekarang. Ya, dia memang mendengar semua cuap-cuap Romi. Mulai dari membuat lucon yang sebenarnya tidak lucu—tapi mampu membuat Viola tertawa—lalu mengajaknya bicara terlalu keras, mengajaknya bermain ini itu. Ah, sebenarnya Romi tidak semengerikan yang kalian kira.

"Roo-mmi.... Aku ingin tertawa begitu keras untuk saat ini."

Romi membulatkan matanya, lalu kepalanya terangkat, melihat siapa yang berbicara. Ternyata, Viola. Ya, Viola membuka matanya saat keputus asaan Romi berada di ujung tanduk.

Romi mencium kening Viola dengan sangat lama, berharap ini bukan mimpi atau khayalan. "Kamu benar, benar sadar untukku?"

"Menurut kamu?" Viola tertawa.

Romi sangat bahagia dia bisa melihat tawa tunangannya yang berderai. "Jangan lakukan itu lagi, aku hampir mati melihatmu melakukan itu di depan mataku sendiri."

"Maafkan aku ya Romi, aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu lagi."

"Aku akan menjagamu, aku takut kehilanganmu Viola. Kamu harus ingat itu." Romi merangkum tangan Viola.

Sisa hari itu, mereka melepas kerinduan yang terpendam. Ya, mereka sama-sama rindu. Termasuk Viola yang baru saja merasakan rindu kepada Romi. Terdengar aneh dan tidak biasa. Tetapi, yang dia rasakan memang begitu.

-

Viola POV

Aku mencintai Romi, rasa ini muncul saat tengah bersamanya. Tetapi, aku tidak tahu kapan dan dimana aku menaruh rasa padanya. Seandainya dia tidak pernah berbuat jahat padaku, mungkin aku akan semudah itu mencintainya. Mengingat dia yang pernah membuatku dan Bayu berpisah, aku sedikit menghitung-hitung untuk mencintainya.

Tetapi, kerinduanku akan Romi tidak dapat aku tutupi. Aku benar-benar merindukannya. Perasaanku berkata, bahwa aku mulai mencintainya. Selama mataku tertutup. Hanya suara Romi yang aku dengar. Walaupun sempat aku mendengar Bayu bicara.

Aku masih ingat apa yang dia katakan padaku.

"Aku mencintaimu, walaupun aku belum tahu perasaanmu."

Aku sendiri juga belum mengerti tentang perasaanku saat in Rom.

"Secara tidak langsung, kamu mengatakan cinta padaku kemarin."

Oh, waktu aku mengatakan hal itu. Ya aku mengingatnya. Dan ini yang membuatku ingin menangis.

"Kenapa kamu bangun untuknya tidak untukku?Apa, kamu memang benar-benar tidak mencintaiku Viola? Ya, mungkin kamu mengira aku di balik semua ini, semua permasalahanmu hingga kamu dan Bayu berpisah.

Fascinated (Dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang