Chapter 3

1.5K 113 92
                                    

Ada Repost adegan dansa. Keep reading guys.

-

[Bayu POV]

Malam ini, aku menghadiri prom night dari sekolah SMA-ku dulu 3 tahun yang lalu. Aku menghadiri acara ini bersama sahabatku, Romi. Ada rasa bahagia juga sedih saat aku melangkahkan kaki disini. Sedihnya karena, dia yang aku tunggu tidak ada disini.

Sampai akhirnya aku melihat dia sedang bersama, sahabatku. Rasanya menyakitkan karena mengingat masa lalu, aku hanya tidak ingin Romi berbuat seperti dulu. Cinta Romi over kepada gadis yang kini menatapku. Gadis yang sudah aku lukai. Sedikit canggung saat ini melihatnya, aku menyapanya juga sedikit salah tingkah. Belum puas menatapnya, dia sudah pergi.

Kalian tahu? Aku sangat merindukannya, sudah 3 tahun lamanya aku tidak melihat dia. Juga ini karena salahku, karena aku pernah menyakiti hatinya. Mungkin karena ini dia tidak pernah menemuiku. Bukan maksudku menyakitinya, aku hanya dipaksa. Ah sudahlah.

Aku melihat dia kebingungan saat masuk aula, lucu sekali raut wajahnya. Pasti dia kebingungan mencari pasangan. Dan yang aku lihat, banyak sekali laki-laki yang menatapnya seperti kelaparan. Aku sampai jengah melihatnya, sepertinya ingin aku tegaskan pada mereka, bahwa gadis itu adalah milikku. Tapi, apa daya. Dan beruntunglah, dia pergi dari sini. Aku meninggalkan Romi yang masih berbincang ria dengan gadis itu yang aku dengar adalah mantan kekasihnya.

Aku mengikuti langkah gadis itu, hingga sampai di danau ini. Rasa bersalahku muncul begitu saja. Aku berdiri jauh di belakangnya, menatap punggungnya yang sedikit terbuka. Aku tertarik, karena dengan gaun yang dipakainya ini membuat tubuh seksinya terlihat. Dari dulu memang dia 'menarik'. Dan kebodohanku lah yang harus menyakiti gadis cantik juga seksi. Sudah aku bilang ini bukan kemauanku.

"Aku akan melupakannya."

Aku terkejut saat dia berbicara, dia bicara dengan siapa? Apa dia mengingat kejadian masa lalu disini? Karena, aku tidak melihat seorang pun di dekatnya kecuali diriku. Kuputuskan untuk mendekat lagi ke arahnya. Berdiri tepat di belakangnya.

"Tidak ada lagi kenangan indah darinya, itu semua hanya mimpi. Bukan apa-apa. Karena, 'dia' hanya menganggap aku sebatas teman. Teman, tidak lebih."

Lagi-lagi aku terkejut, apa yang dia maksud adalah aku? Rasa bersalahku makin besar kepadanya, jadi selama ini dia belum bisa melupakan kejadian itu? Tuhan, maafkan hambamu ini.

Bukk

Tubuhku tertabrak olehnya. Aku masih mematung melihatnya yang terjatuh. Bodohnya aku tidak menolongnya, dia mengaduh saat berhasil terjatuh. Aku terkesiap lalu menundukkan tubuhku.

"Sorry...." Aku mengulurkan tanganku, mencoba membantunya untuk berdiri. Namun dia hanya menatapku dengan mata yang, sembab. Dia menangis? Tuhan ini salahku lagi pasti.

"Oh tidak apa." Dia menepis tanganku dari hadapannya. Dan mencoba berdiri. Akupun ikut berdiri dan menatap gadis ini.

"Kamu kenapa berada disini?" tanyaku. "Tidak berada di aula?" Aku menatap puncak kepalanya karena dia menunduk. Dan pasti dia sedang memikirkan kenapa aku berada disini, aku melihatnya dari tatapannya yang kini telah menatapku. "Iya.... Aku mendengar semuanya. Se mu a nya." Aku menatap manik-manik matanya itu, tersirat kerinduan di dalam sana.

"Dansa?" pintaku, dia hanya menatapku tidak bergerak. Apa dia melamun? "Hey melamun?"

"Oh, maaf. Aku...."

"Disini juga tidak apa-apa," sahutku. "Masih mendengar musik disana kan?" Aku meraih jari jemari Viola yang bisa aku rasakan dingin, dan berkeringat. Apa dia kedinginan?

Fascinated (Dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang