Chapter 36

377 16 6
                                    

Tiga tahun kemudian....

Viola POV

Rasanya aneh saat mengetahui diriku sudah baik-baik saja. Tidak ada lagi perasaan khawatir, sedih bahkan kasihan dengan masalah rumah tanggaku tiga tahun yang lalu. Seolah, aku sudah terbiasa dengan ketidakhadiran Arion dalam hidupku.

Tidak, bukannya aku merelakan Arion untuk dia. Bahkan, hingga saat ini pun, aku membenci diriku sendiri. Akibat diriku, Arionlah yang harus menanggung akibatnya. Aku ini masih tetap Ibu kandungnya, dan tetap seperti itu selamanya.

Aku dan Romi sudah merasa lelah mencari keberadaan Bayu yang hilang bak di telan bumi. Keputus asaan berujung kelelahan, dan akhirnya dua tahun ini kami hidup tanpa mengungkit masalah tersebut. Bukan, maksud aku, tanpa mengungkit masalah tersebut di antara kami.

Karena aku tetap saja memikirkan hal ini tanpa sepengetahuan Romi. Mungkin, suamiku tersebut juga terkadang memikirkan masalah ini di sela-sela kerjaannya yang padat. Tidak ada orang tua yang melupakan anaknya. Kami hanya ingin merasakan kehidupan yang tenang kembali. Hanya itu.

Dan yang aku tahu, Romi selalu mencuri-curi waktu untuk mencari keberadaan Bayu dari mata-mata yang dia kirimkan. Aku hanya bisa diam tanpa dapat ikut campur. Yang aku lakukan hanya ini, dan mengurus buah hati kami yang kedua.

Karena, jika memang ini takdirku, harus bagaimana lagi?

***

"Romi, tolong ambilkan sepatu Neva ya!"

Romi segera mengambil sepasang sepatu mungil yang terlihat cantik, lalu memakaikannya ke kaki Nevada yang mungil juga. "Aku heran denganmu, dia kan masih kecil. Kalau tidak betah menggunakan aksesoris seperti ini bagaimana?"

Sebelum menjawab pertanyaan Romi, tepatnya kritikan Romi aku membenarkan dress selutut yang aku pakai. "Ya, kamu lihat saja dia. Merasa nyaman atau tidak?"

Romi bergumam dengan mata yang bergerak-gerak menerawang Nevada. Anak perempuanku ini sangat lah pendiam dan terkadang aktif. Aku baru tahu, mengurus anak seperti ini hingga dia berumur dua tahun. Jika saja dulu aku sempat mengurus Arion, pasti aku tidak akan terkejut lagi saat mengurus Nevada.

"Apapapam!"

Suara Nevada terdengar gemas saat dia seperti merasa risih oleh tatapan Romi. Aku tertawa geli meledek kelakuan Romi yang masih saja terlihat kaku. "Ayo Neva! Kita berangkat."

"Anak Ayah yang nakal...," ucap Romi seraya meraih tangan kananku dan kemudian menggenggamnya erat.

Kami bertiga sudah memasuki mobil dan akan pergi menuju pesta ulang tahun Darel. Anak itu sudah tumbuh besar dan juga menjadi seorang kakak. Jihan memang merawat anaknya dengan baik. Aku cemburu pada sahabatku itu.

"Viola, apa tidak sebaiknya kamu lepas aksesoris yang menempel pada Neva?"

Aku berdecak sebal saat mendengar ucapan Romi yang masih membahas soal aksesoris. Aku melihat Neva yang kini tengah asik bermain boneka, dia tampak nyaman dengan kalung dan bando lucu yang aku kenakan padanya.

"Lihat? Dia tidak menangis pun."

Romi mendesah, dia terlalu protektif atau posesif?

"Sudahlah. Terserah kamu saja."

Mobil kami sudah memasuki halaman rumah Jihan. Segera Romi memakirkannya tidak jauh dari teras depan rumah Jihan. Setelah mobil terparkir, aku turun bersama dengan Nevada yang aku gendong. Dia masih saja sibuk dengan mainannya.

"Viola, di mana kado yang akan kamu berikan pada Darel?"

"Di kursi belakang, kelihatan lah."

Aku mendengar gerutuan Romi yang membuatku tertawa.

"Terus saja, begini nih, kalau cinta di bagi dua," gerutu Romi seraya mendekatiku.

Aku menyerahkan Neva padanya, karena Neva begitu aktif jika sudah melihat teman-temannya. "Kamu jangan iri dengan Neva dong, dia kan anak kita. Wajar lah kalau aku lebih suka dengan Neva, karena... karena dia anakku," ucapku dengan nada ragu di akhir kalimat.

Romi terdiam, dia tahu apa yang sedang aku pikirkan. Tetapi dia memilih mengabaikannya karena mengingat perjanjian kami yang tidak ingin memperdebatkan masalah ini lagi, dia menarik tanganku dan memasukkannya dalam lingkaran tangannya. "Ayo, kita masuk."

Aku hanya bisa menggenggam tangan Romi dengan erat saat perasaanku mulai kacau. Inilah yang akan terjadi dengan diriku jika saja pikiranku sudah tertuju pada Arion.

"Jihan!" teriakku senang karena sudah lama kami tidak bertemu. "Bagaimana kabarmu?"

Jihan memelukku dan aku membalasnya. "Baik, sangat baik," ucap Jihan seraya melepaskan pelukannya.

Aku menatap anak kecil yang sedang berdiri di belakang roti besar. "Darel! Selamat ulang tahun ya!"

"Telimakasih tante."

Cukup lama kami berbincang-bincang hingga akhirnya acara ulang tahun Darel dimulai. Setelah acara potong kue, ada acara lanjutan yaitu games dan lain-lain yang di tujukan untuk anak-anak. Aku menyerahkan Neva pada Romi karena Romi tahu aku sedang tidak baik.

"Apa kamu baik-baik saja?"

Aku menoleh pada Jihan yang kini mendekatiku dengan Melza yang berada di gendongannya. "Ya, aku baik-baik saja."

Jihan tersenyum, dia mengusap punggung tanganku. "Aku tahu. Sabar ya, semua akan berakhir bahagia."

Aku mendesah, terlalu lama untuk bersabar. "Tapi, sampai kapan Han? Aku hanya, aku, aku, lelah...."

Jihan menatapku seperti baru mengingat sesuatu di pikirannya. "Ya, aku ingat! Aku pernah bertemu Bayu di sebuah restoran di Lembang. Dia bersama perempuan dan anak kecil yang aku yakin itu adalah Arion! Ya, aku sempat ingin mengejarnya tetapi Melza saat itu sedang menangis dan aku tidak bisa meninggalkannya. Maafkan aku...."

Dan saat itu juga, harapanku yang mulai hilang kini terbit kembali. Tidak ada kata lelah lagi dalam hidupku jika sudah ada petunjuk. Aku akan berusaha lagi merebut Arion dari dia.

a/n

Akhirnyaaaa setelah lama HIATUS. Dan sekarang update walaupun ya yang nunggu cerita ini hanya beberapa. :'D

Maaf ya cuma segini, soalnya emang takarannya segini :

Kurang 2/3 chap lagi udah end! Yeay! Akhirnya bisa end juga :3

Look! Crush On You cerita baruku. Minta kritik dan sarannya ya, kalau suka vomment.

Vomment juga di sini :D

09 November 2015

Laelyta.



Fascinated (Dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang