FMS : 3

33K 3.5K 182
                                    

  Ansel yang sedang menyantap makan siangnya sesekali melirik ke arah Brandon yang tampak seru berhaha-hihi bersama Valena, Tamara, para pemain dan beberapa kru yang duduk di sekitar mereka. 

Lelaki itu menelan nasi dengan susah payah saat rasa mual itu kembali muncul. Mati-matian dia tahan keinginan itu hingga mencapai limit, Ansel langsung berlari ke toilet yang terletak agak jauh dari tempat mereka berkumpul. Di sela pelariannya, dia bisa mendengar Tamara dan beberapa orang di sana meneriaki namanya, tetapi ia acuhkan.

Ansel kembali memuntahkan makanannya. Rasa pahit mulai menggerogoti tenggorokan dan lidahnya. Setelah rasa mual itu kian menghilang barulah dia berkumur sambil mencuci wajahnya yang semakin berubah pucat.

Lelaki itu mendengar langkah kaki yang mendekat hingga indra penciumannya menangkap bau parfum yang tak asing dan itu membuat Ansel mendesah nyaman karena semakin dia mencium aroma itu rasa mualnya sontak hilang.

"Kenapa?" Orang itu; Brandon lalu mengusap pipi pucat pacarnya dengan lembut.

Ansel menggeleng lalu tanpa sadar ia membenamkan wajahnya ke dada Brandon dan menghirup rakus aroma maskulin yang menguar dari pacarnya.

"Jangan gini ntar ada orang yang tiba-tiba masuk." Brandon berusaha menjauhkan tubuh Ansel tetapi berulang kali pula Ansel mengeratkan pelukannya hingga membuat si dominan menghela napas pasrah.

Keheningan lalu menyelimuti keduanya sebelum Brandon sadar jika Ansel malah tertidur sambil memeluknya. Mata Brandon menyipit, tentu saja lelaki itu tak habis pikir bagaimana bisa pacarnya tertidur dengan begitu nyenyak sambil berdiri. "Ansel!" Brandon menepuk pipi lelaki di pelukannya berulang kali.

"Eh Ansel kenapa?" Tamara yang baru saja tiba langsung berteriak histeris saat melihat tubuh lunglai Ansel di pelukan Brandon. Valena yang juga berada di sana, menatap aneh pemandangan di depannya.

"Ngapain kalian berdua pelukan?" tanya Valena sambil berjalan mendekat.

"Badan Ansel lemes," jawab Brandon asal.

"Yaudah buruan bawa ke ruang istirahat!"

Brandon lalu membopong tubuh Ansel dengan dibantu oleh Tamara.

++

"Goblok banget sih lo! Kok bisa-bisanya lo tidur di pelukan gue. Untung aja gue bisa ngeles dan ngebuat Tamara sama Vale percaya."

Brandon sedari tadi tak henti-hentinya mengucapkan kata-kata toxic kepada Ansel. Jujur saat Tamara dan Valena datang, bohong jika Brandon berkata dia tidak cemas. Dia cemas bagaimana jika kedua orang itu menyadari hubungan aneh yang dijalinnya bersama Ansel.

Sedangkan Ansel hanya menunduk sambil memilin ujung sweater nya dalam diam. Jika dia tidak mengingat jenis kelaminnya mungkin saja sekarang dia sudah menangis histeris karena jujur perkataan Brandon itu sangat melukai hatinya. Dirinya juga tidak tahu kenapa bisa berakhir tidur sambil memeluk Brandon.

"Kenapa makin ke sini tingkah lo selain berlebihan juga malah makin freak, hah?"

"Awalnya gue masih bisa nahan tapi lama-lama gue juga was-was karena kecerobohan lo sendiri."

"Lo tau kan karir gue masih bagus-bagusnya dan gue ngga mau ngambil resiko dengan mengorbankan segala yang gue punya sekarang..." Brandon menjeda ucapannya.

Ansel lalu mendongak menatap wajah Brandon, sebelum seseorang masuk dan menginterupsi keduanya.

"Ben, ditungguin Valena tuh!" Tamara muncul di ambang pintu.

Brandon menatap sebentar wajah Ansel sebelum beranjak pergi meninggalkan ruangan itu.

"Gue rasa hubungan gue sama Brandon ngga akan bisa bertahan lebih lama lagi." Ansel membatin sambil menatap sendu punggung lelaki itu hingga hilang di balik pintu.

++

Ansel memasuki apartemennya dengan langkah lunglai. Badannya terasa semakin lemas dan untungnya tidak sampai membuat dia jatuh pingsan. Setelah mendudukkan dirinya di sofa, Ansel kembali membuka hpnya dan mulai men-scroll halaman IG.

Lelaki itu menyunggingkan senyum kecil saat melihat foto yang baru saja diunggah oleh Brandon di IG pribadinya. Dia langsung menekan ikon love di postingan itu sebelum membuka kolom komentar.

Senyumannya perlahan surut saat melihat username @valeolivia ikut berkomentar di sana. Tidak ada yang salah memang hanya saja saat dia membuka balasan komentar itu raut wajahnya berubah datar. Seperti yang ia tebak seluruh balasan komentar itu berisi sekumpulan shipper yang mendukung hubungan si aktor dan si aktris agar menjalin hubungan di dunia nyata. Semakin dia menggulir layar ke atas semakin pula perasaannya berubah tidak karuan.

Dia langsung menonaktifkan hp nya saat racun itu mulai menggerogoti perasaannya. Ansel berpikir bagaimana jika mereka semua tau jika sang idola ternyata adalah penyuka sesama jenis dan dapat Ansel bayangkan jika dirinya lah yang akan mendapat hujatan lebih parah dibandingkan Brandon.

Lelaki itu lalu beranjak menuju dapur dan membuka lemari paling atas yang berisi persediaan makanan instan. Matanya menangkap satu bungkus ramen yang pernah Brandon beli. Ansel bukan tipe orang penyuka pedas, jadi saat dia meneguk ludah karena ramen itu tentu saja dia merasa heran pada dirinya sendiri. Mengindahkan perasaan anehnya, dia lantas mengambil ramen itu dan mulai mengolahnya.

Tak butuh waktu lama, semangkok ramen yang masih mengepul panas seketika membuat perutnya keroncongan. Dia membawa mangkok itu ke meja makan lalu mulai menyantapnya.

Setelah puas makan barulah dia melangkah ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.

"Perut gue kok agak buncit ya." Ansel menatap pantulan tubuhnya di cermin kamarnya. Lelaki itu menekan perut yang buncit lalu setelahnya ia meringis saat rasa nyeri menjalar di area yang baru saja ia tekan.

Tanpa berlama-lama, lelaki itu mulai berpakaian dan bersiap untuk pergi. Setelah berbulan-bulan proses syuting itu akhirnya rampung juga dan untuk merayakannya pihak kru film mengundang seluruh pemain untuk pergi minum bersama.

Ansel menatap roomchat nya yang masih belum menunjukkan jika pesannya sudah di balas oleh Brandon, padahal di sana tertulis jelas jika lelaki itu sedang online. Tanpa berlama-lama dia langsung keluar menuju suatu tempat yang sudah dijanjikan.

++

FAMOUS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang