FMS : 16

31.4K 3.5K 264
                                    

"Lo-"

"Gue pinjem hp lo sebentar aja! Gue mau nelpon suaminya Dikta," potong Ansel begitu saja. Oke dalam situasi sekarang yang lebih ia utamakan adalah kondisi temannya yang sekarang hampir meringkuk sambil menahan sakit yang teramat.

"An-"

"Brandon, please!" mohon Ansel lagi.

Brandon lantas mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana kemudian memberikan benda itu kepada Ansel.

Ansel lalu mendekati Dikta sambil sesekali menyeka keringat yang keluar di dahi temannya. "Lo hapal nomornya Malvin kan?"

Dikta mengangguk kecil di sela ringisannya. "08xxx."

Jemari Ansel dengan sigap langsung mengetikkan nomor itu kemudian menekan ikon panggil.

"Hal-"

"Bangsat! Lo di mana sekarang?!" umpat lelaki itu dengan raut wajah kesal.

"Gu-"

"Dikta mau lahiran baj-" Ansel menghentikan ucapannya saat tanpa sengaja matanya beradu pandang dengan Brandon dan melihat tatapan super datar milik pria itu membuat nyali mengumpatnya ciut.

".... Dikta mau lahiran. Ntar lo dateng ke rumah sakit deket pelabuhan." Panggilan itu langsung dimatikan sepihak oleh Ansel dan mengembalikan ponsel itu ke si empunya.

"Ansel... Perut gue sakit banget," racau Dikta untuk yang kesekian kalinya.

Ya untuk kali ini dia tidak bisa untuk berdiri diam. Lelaki itu berbalik menatap satu persatu orang yang mengerubungi mereka termasuk Brandon.

Seolah tau apa yang ingin dipinta oleh lelaki itu, Brandon langsung maju dan menggendong tubuh Dikta ala bridal. "Ikut ke mobil gue!" titah si dominan saat matanya bersitatap dengan Ansel.

Tanpa babibu, lelaki itu langsung mengekor di belakang Brandon sambil sesekali memegangi perut bawahnya yang terasa sedikit nyeri saat langkah kakinya mulai cepat.

"Brandon, pemotretan kita gimana?" Valena menahan pintu mobil si dominan. Ah ternyata wanita itu ikut mengekor juga.

"Cancel! Ganti besok."

"Ya ngga bisa git-"

"Val, lo punya mata kan dan lo bisa liat ada orang yang hampir sekarat gara-gara nahan sakit. Jadi gue minta tolong buat kali ini tolong buang sifat egois lo!"

"Tapi di sini kan banyak orang. Para staff juga ada! Terus ngapain harus lo yang turun tangan?!" Valena berkata dengan sorot mata emosi. Apalagi saat menatap Ansel yang berdiri di samping Brandon, terutama saat pandangannya turun ke perut buncit lelaki itu, tatapan si wanita berubah jijik dan hal itu hampir membuat jiwa maung si calon ibu muncul ke permukaan.

"Terserah." Brandon langsung menepis tangan Valena. "Minggir!" usir pria itu.

"Ben-"

"MINGGIR GUE BILANG!"

Demi dewa. Entahlah kenapa sikap pria durjana itu bisa berubah seperti barusan.

++

Ansel mondar-mandir di luar ruang operasi. Ya operasi sudah dilakukan sekitar setengah jam yang lalu dan Malvin pun sudah berada di dalam sana untuk menemani Dikta. Kini di tempat Ansel berdiri hanya ada dirinya dan Brandon.

Mengingat sikap Brandon tadi, Ansel tentu merasa aneh apalagi saat si dominan hanya diam sambil menatapnya. Submissive itu menunduk, melihat perut buncitnya yang sangat tercetak jelas. Apakah pria itu tidak ingin bertanya tentang kehamilannya? Oh apa jangan-jangan dia berpikir jika di perut Ansel itu hanya terselip sebuah bantal?

"Mending lo duduk sekarang! Gue ngeri liat lo bolak-balik dari tadi," perintah si dominan sambil menatap lelaki di depannya.

Oh shit! Sekian lama dia tidak melihat Ansel dan kenapa lelaki itu semakin cantik dan sialnya lebih menggoda dengan perut buncitnya. Brandon tidak bisa membayangkan bagaimana tubuh polos itu bergerak-

"Jangan mikir aneh-aneh ya! Gue ngga suka!" Ansel bersidekap sambil menatap pria itu tajam. Bagaimana dia tidak tersinggung saat pria durjana itu menatapnya enak sambil menyeringai kecil.

Merasa kakinya sudah tidak kuat lagi, Ansel memilih mendudukkan dirinya di samping Brandon.

Dan dengan jarak sedekat ini, dominan itu bisa melihat betapa besarnya perut Ansel sekarang hingga membuatnya sedikit meringis setelahnya.

"Ngapain liat-liat?" celetuk si pihak bawah saat menyadari tatapan pria itu terus menusuk ke arah perutnya. Dengan begitu Ansel berusaha menarik kemeja yang dipakainya agar membuat si perut tidak terlalu tampak, tapi sia-sia.

"Aneh."

Gerakan tangan Ansel terhenti. Lelaki itu kembali menatap pria di sebelahnya. "Gimana-gimana?"

"Aneh." Brandon kembali berkata.

"Lo-"

"Jadi setelah putus dari gue, lo milih kabur ke sini terus nikah sama orang yang udah beris-suami. Gila juga ya fetish lo," ujar Brandon santai.

"Padahal salah satu tujuan utama gue mutusin lo itu biar lo bisa kembali normal eh ternyata, padahal penis lo lumayan kalo buat muasin nafsu cewek," lanjut si pria no filter filter kleb.

"Kalo waktu itu gue ngga mutusin lo pasti..." Brandon kembali menatap perut Ansel kemudian menunjuknya. "itu anak gue."

"Leb-"

"Kalo gue bilang ini anak lo, lo percaya?" Ansel memotong ucapan Brandon. Jujur mendengar perkataan barusan cukup menyentil dirinya. Pernyataan jika seorang lelaki bisa mengandung dan melahirkan itu adalah menjijikkan, kembali memenuhi otaknya.

"Mungkin. Tapi asal lo tau hubungan sesama jenis itu aja udah aneh apalagi ditambah kalo lo bisa hamil." Brandon mengedikkan bahunya. "Dunia perfilman bisa-bisa geger pas tau salah satu aktor terkenal ternyata gay dan lebih parahnya lagi sedang hamil."

"Tapi perut lo gede banget ya, anak dari berapa pria?"

BUGH!!

Brandon sedikit menggigit bibir bawahnya saat kepalan tangan milik Ansel menghantam pipinya. Pria itu tidak meringis sama sekali seolah membuktikan jika pukulan barusan tidak berarti apa-apa baginya.

"Jaga mulut lo anjing!" Ansel menatap wajah si dominan dengan napas terengah.

"Semenjak hamil lo makin kasar ternyata," jawab Brandon seolah tidak merasa bersalah.

Dan bertepatan dengan itu, Malvin keluar dari ruangan operasi dan manik mata pria itu terlihat bingung saat melihat Ansel dan seorang pria... ah Brandon, seperti sedang berdebat.

Bagaimana Malvin bisa mengenali Brandon? Tentu saja karena dua hal yaitu yang pertama pria itu adalah aktor yang sangat terkenal dan mustahil tidak ada yang mengenalinya dan yang kedua... Malvin tau jika Brandon adalah kakak tiri dari Davika, wanita yang ia tinggalkan demi Dikta dan anaknya.

++

Woylah aku masih trauma ama si popo 😭
Popo kenapa begitu, begini dan bagaimana itu bisa terjadi, oh shit:'








FAMOUS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang