Dikta
Lo wajib dateng pokoknya. Tau sendiri gimana sayangnya nyokap Malvin ke Theo.Dikta
Awas aja lo kalo ntar malem nggak kesini, auto unfriend kita.Ansel menghela napas kesal setelah membaca pesan yang dikirim Dikta barusan. Bukan tanpa sebab Ansel tidak mau datang ke perayaan ulang tahun perusahaan keluarga Malvin, tapi kini dapat Ansel tebak pasti sikap Malvin akan sangat beda kepadanya setelah kejadian itu.
Tapi di sisi lain, Ansel juga merasa tidak enak kepada orangtua Malvin yang secara khusus mengundangnya untuk datang, begitupun dengan Dikta.
"Dateng nggak ya?" Perasaan Ansel berubah bimbang. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba perasaannya berubah tak enak.
Dan pada akhirnya, Ansel memilih untuk datang. Ketika melihat waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, lelaki itu langsung mempersiapkan dirinya dan putranya.
Tak butuh waktu terlalu lama kini Ansel sudah berada di mobilnya sambil memangku Theo yang masih duduk anteng sambil mengemut empengnya.
Dalam perjalanan, Ansel sesekali menyanyikan lagu anak-anak dengan tujuan agar putranya tidak boring. Hingga beberapa menit setelahnya, Ansel memutar kemudi memasuki sebuah kawasan rumah yang cukup mewah dengan banyaknya mobil berjejer di halaman.
Setelah Ansel mematikan mesin mobil dan keluar, dari arah teras Dikta berlari menghampiri Ansel yang sedang menggendong Theo.
"Gue kira lo nggak dateng," ujar Dikta.
"Gimana gue nggak dateng kalo nyokap sama bokapnya Malvin secara khusus ngundang gue. Parah banget sih kalo gue nggak kesini," jawab Ansel. "Eh tapi kok lo di sini? Harusnya lo sama Malvin lah dampingi dia."
Raut wajah Dikta seketika berubah dan itu tentu saja disadari oleh Ansel yang kini kebingungan. "Lo kenapa?" tanya Ansel.
Dikta menggeleng setelahnya. "Malvin lagi bahas bisnis dan gue nggak paham sama hal begituan, jadinya gue kesini sengaja buat nungguin elo."
Ansel pada akhirnya mengangguk dan kedua lelaki itu lalu berjalan beriringan memasuki rumah.
"Tumben ngerayain di rumah, kenapa nggak di hotel atau tempat mewah lain gitu?"
Sebelum Dikta menjawab, tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara yang membuat keduanya terutama Ansel reflek memutar tubuh.
"Tante sama om sengaja ngadain pesta di sini sekalian mereka mau ngerayain hari jadi pernikahan."
Ansel mengernyit sebentar dan tak lama dirinya lantas tersenyum. "Victor?"
Victor ikut tersenyum dan berjalan menghampiri Ansel.
"Hai, Theo..." Victor sengaja mencium pipi Theo yang masih sibuk memainkan empeng dalam gendongan sang mama.
Bayi delapan (?) bulan itu hanya menatap pria asing di depannya dengan bingung. Tapi tak lama, Theo langsung mengulurkan tangannya kearah Victor seolah meminta gendong.
Melihat tingkah anaknya tentu saja membuat Ansel mengernyit heran. Semakin ia mengeratkan gendongannya maka semakin Theo akan berontak.
"Sini biar gue gendong." Victor mengulurkan tangannya.
Ansel reflek melirik sekitar dan beberapa orang terlihat menatap mereka dengan begitu intens tapi tak lama lamunannya buyar saat merasa tubuh Theo diambil alih seseorang dari gendongannya.
Ya, itu Victor.
Theo yang kini berada digendongan Victor terlihat biasa saja. Tidak menangis ataupun tertawa. Atensi bayi itu masih fokus pada empeng di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMOUS [✓]
Fantasy[BL] [MPREG] "Lo masih mau berhubungan sama gue?" "Lo diem." "Mau bagaimanapun sikap gue ya lo harus terima dan cukup diem. Gausah komentar! Tapi kalo lo emang ngga bisa ya gampang, putus selesai." Brandon kembali berkata dengan nada yang super sant...