FMS : 17

32.4K 3.5K 101
                                    

"Lo jahat banget."

"Gue ngga nyangka kalo lo bisa setega ini sama gue."

"Jadi lo macarin gue waktu itu cuma buat ngerasain gimana rasanya tidur sama cowok?"

"Salah gue apa sih sama lo?"

"Gue ngga akan maksa lo terkait anak yang gue kandung, tapi bisa kan mulut lo dijaga?! Gue ngga semurah Valena asa-"

PLAK!


Brandon mengacak rambutnya frustasi. Astaga apa yang barusan dia lakukan. Sial! Mengingat bagaimana kondisi Ansel tadi membuat jiwa kemanusiaannya lantas bangkit.

"Persetan lah toh dia bukan urusan gue lagi." Pria itu langsung mengemudikan mobilnya keluar dari parkiran rumah sakit.

Sedangkan kondisi di dalam sana terlihat cukup membaik. Dikta juga sudah seratus persen sadar setelah sebelumnya terisak kencang saat efek biusnya perlahan hilang. Dari jarak sedekat ini Ansel ikut tersenyum saat melihat kecekatan Malvin yang sedari tadi bolak-balik tanpa lelah demi mengurusi keperluan Dikta dan anak mereka.

Awalnya Ansel juga ingin membantu tapi Malvin langsung melarangnya kemudian memaksanya untuk duduk di sofa.

Tidak lama kemudian, Malvin mendudukkan dirinya tepat di samping Ansel.

"Capek?" tanya Ansel sekedar berbasa-basi.

Malvin mengangguk. "Tapi gue lega akhirnya dua orang kesayangan gue kondisinya ngga kenapa-napa."

"Sebegitu cintanya lo sama Dikta ternyata," ujar Ansel sambil menatap Dikta yang kembali terlelap.

"Banget. Bahkan gue ngga bisa ngukur sebesar apa cinta gue ke dia."

"Dikta beruntung." Ansel beralih menatap Malvin. "Karena bisa buat orang sekeras lo luluh seluluh luluhnya."

Malvin terdiam. Pria itu sadar jika ucapan Ansel barusan berisi makna lain.

Kemudian keheningan menyelimuti kedua orang itu sebelum mata Malvin menangkap sesuatu yang aneh pada wajah Ansel. Tanpa ragu pria itu menyentuh pipi lelaki di sampingnya yang terlihat memar samar dan Ansel yang menyadari itu lantas menepis tangan Malvin.

"Pipi lo-"

"Ah, gue ke kantin dulu ya. Soalnya udah ngerasa agak laper atau lo mau nitip sesuatu?" Ansel tiba-tiba berdiri dan menjaga jarak dari pria dominan itu. Mendapati gelengan dari Malvin, lelaki itu langsung melangkah keluar begitu saja.

"Gue rasa hubungan mereka lebih rumit dari apa yang gue kira."


Sedangkan di lain tempat,

"Gue tau lo anak emas perusahaan tapi sikap lo tadi itu udah keterlaluan!"

"Benefit yang perusahaan kasih seharusnya ngga bikin diri lo semena-mena kayak tadi."

"Lo hampir bikin rugi perusahaan, tau!"

"Belom lagi di tambah si Valena yang tiba-tiba ngamuk-ngamuk nggak jelas." Seorang wanita yang memakai id card lantas menaruh kertas di meja dengan kasar. "Lama-lama resign juga gue gegara kalian berdua."

FAMOUS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang