Dikta terus menatap pintu ruangan yang tertutup di hadapannya. Pandangan berubah kosong, bahkan Darren; bayi yang beberapa hari lalu ia lahirkan, tanpa sadar ia lupakan karena di otaknya kini hanya ada nama Ansel, Ansel dan Ansel.
Lelaki itu menoleh dan terlihat Malvin baru saja kembali setelah mengurus seluruh administrasi. Mata Dikta sontak memburam saat melihat kemeja pria itu yang terdapat bercak darah akibat pendarahan Ansel tadi.
Sesampainya di hadapan Dikta, pria itu mengusak rambut kesayangannya dengan lembut dan detik itu juga tangisan lelaki dihadapannya langsung pecah.
Dikta membenamkan wajahnya di perut Malvin dan pria dominan itu masih terus mengelus rambut kekasihnya.
"Ansel..." isak Dikta sambil meremas kemeja Malvin.
Malvin hanya diam karena jujur dirinya pun tidak tau harus meresponnya apa. Melihat kondisi Ansel tadi, tentu saja ikut membuat pria dominan itu merasa miris.
Hingga tiba-tiba Dikta menjauhkan wajahnya lalu berdiri. "Kamu tunggu di sini!" Setelah mengatakan itu, Dikta langsung berlari pergi tanpa sempat Malvin bertanya.
Mau tau kemana Dikta pergi?
Iya. Dia pergi untuk menemui Brandon. Ternyata apa yang sempat dipikirnya tentang hubungan Brandon dan Ansel, itu benar.
Butuh lima belas menit untuk Dikta hingga akhirnya sampai di penginapan, tempat rombongan itu menginap. Para kru dan orang-orang di sana menatap Dikta heran dan setelahnya mereka memilih acuh dan memasukkan kembali koper-koper itu ke bagasi mobil.
Dikta yang melihat itu sontak panik dan tanpa berpikir panjang dirinya langsung bertanya pada salah satu kru yang sedang menata koper.
"Brandon..."
"Brandon sama Valena ke dermaga duluan. Perlu apa?" potong orang itu tanpa basa-basi.
Detik itu juga, Dikta kembali pergi menuju dermaga yang jaraknya tidak sejauh ke rumah sakit.
Dan benar saja, di sana terlihat Brandon sedang berbicara dengan seorang nelayan tanpa ada keberadaan Valena di sisinya. Tanpa perlu berlama-lama, dirinya langsung menghampiri pria itu yang sepertinya akan bersiap pergi.
"TUNGGU!" Dikta menahan tangan pria itu hingga si empunya lantas berbalik. Brandon menatap Dikta aneh kemudian menghempaskan tangannya yang dipegang oleh lelaki itu.
"Lo temennya Ansel kan?" Brandon menunjuk ke arah Dikta.
"Please, ikut gue sekarang!" mohon Dikta dengan mata berkaca-kaca. Brandon yang melihat itu tentu saja bingung hingga kemudian pria itu berdecih pelan.
"Sama freak nya lo kayak Ansel ternyata." Brandon kemudian berbalik dan tepat saat itu juga hoodie pria itu langsung dicengkram oleh Dikta.
"BANGS-" Amarah Brandon tidak bisa dikontrol lagi. Pria itu langsung berbalik dan hampir memukul lelaki aneh; teman mantan pacarnya itu.
".... A-ansel sekarat! Tolong jenguk dia! Gue mohon." Tangisan Dikta kembali pecah saat itu juga. Dapat lelaki itu tangkap jika tubuh Brandon langsung mematung. Tangannya yang tergantung di udara terlihat sedikit bergetar.
"Sekarat?"
Dikta mengangguk berulang kali. "Dia pendarahan. Kondisinya kritis dan ini semua KARENA ANAK-ANAK LO!" Lelaki itu langsung menonjok pipi pria dominan di depannya.
Badan bongsor Brandon lantas terhuyung saat pukulan tak main-main itu menghantam wajahnya.
Merasa ada yang tidak beres, Valena yang sedari tadi sibuk instastory kini melangkah menghampiri kedua orang itu yang kini menjadi pusat perhatian di dermaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMOUS [✓]
Fantasy[BL] [MPREG] "Lo masih mau berhubungan sama gue?" "Lo diem." "Mau bagaimanapun sikap gue ya lo harus terima dan cukup diem. Gausah komentar! Tapi kalo lo emang ngga bisa ya gampang, putus selesai." Brandon kembali berkata dengan nada yang super sant...