FMS : 12

32.1K 3.6K 286
                                    

Valena meraih selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Dengan senyum yang mulai berkembang, wanita itu menoleh menatap ke arah balkon yang terlihat siluet tubuh Brandon yang bertelanjang dada. Pria itu sedang merokok. Jika saja tubuhnya tidak sepegal ini, Valena pasti menyusul Brandon lalu menelusupkan kedua tangannya di pinggang si pria dan membenamkan wajahnya di punggung yang dihiasi beberapa tato itu. Ah, membayangkannya saja mampu membuat ribuan kupu-kupu seperti hinggap di perutnya dan meninggalkan sensasi geli serta menyenangkan.

"I love u," bisik Valena sebelum rasa kantuk itu menjemputnya.

++

"Lo harus berobat!"

"G."

"Anseeeel!"

"G, Dikta! Gue baik-baik- hatcim- aja."

"BAIK-BAIK GIMANA, HAH?! SUHU BADAN LO TUH TINGGI BANGET. EMANG LO GA TAKUT GEGARA DEMAM, BAYI LO JADI IKUT KENAPA-NAPA?!" Dikta sudah tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya lagi.

Ansel yang dibentak oleh Dikta lantas mengedipkan matanya beberapa kali sebelum hidungnya perlahan memerah pertanda lelaki cantik itu sebentar lagi akan menangis.

"Dikt-"

"Okok gue minta maaf," putus Dikta lalu bangkit berdiri. "Yaudah kalo lo ngga mau periksa gapapa."

Ansel langsung menahan tangan Dikta saat si empunya akan melangkah pergi. "Lo marah?" tanya Ansel dengan suara yang terdengar sangat imut; bagi Dikta.

Inget Dikta! Kalian sama-sama pihak bawah!

Dikta reflek menggeleng. "Gue mau beliin lo obat dulu."

Setelah mendengar jawaban itu, Ansel langsung melepaskan pegangan tangannya. "Yaudah hati-hati."

Dikta kembali melangkah untuk keluar dan saat dia akan menutup pintu kamar Ansel, si empunya kamar langsung memberikan ucapan selamat tinggal.

"Paipaii~"

"Sialan! Lama-lama gue bisa lupa sama posisi sendiri gegara si Ansel." Dikta membatin sambil mengelus perutnya.

Walaupun sedang mengandung tetapi Dikta seperti tahan banting. Bahkan di kehamilan trimester tiga, lelaki itu masih mampu berjalan kesana-kemari dan terkadang membuat beberapa tetangganya yang malah meringis ngeri.

Hal itu seolah membuktikan jika si bayi tau bahwa sang mama sedang berjuang sendiri di dunia ini.

++

Ansel tiba-tiba tersentak bersamaan dengan suara petir yang datang menggelegar. Lelaki cantik itu meraih hpnya dan melihat waktu masih menunjukkan pukul dua dini hari. Dia lantas turun dari kasur dan berjalan menuju dapur karena saat-saat sekarang pastilah perutnya akan keroncongan.

Setibanya di dapur, hal pertama yang menjadi pusat perhatiannya adalah setumpuk mie instan di atas lemari. Semangkuk mie instan kuah dicampur bubuk cabai carolina reaper ah mantap, pikir Ansel. Dengan semangat empat lima, lelaki itu lantas mengambil tiga bungkus mie dan juga panci.

"EH! MAU NGAPAIN LO?" Dikta langsung berteriak saat melihat tiga bungkus mie jinja pedas dan bubuk cabai di tangan Ansel.

FAMOUS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang