FMS : 7

32.3K 3.3K 83
                                    

 Keheningan menyelimuti ruangan itu. Begitu juga dengan Ansel yang mulai mengeluarkan keringat dingin. Sungguh, tatapan yang dilayangkan Brandon kini teramat menakutkan melebihi apapun. Bahkan rasa takutnya mengalahkan rasa takut Ansel saat berhadapan dengan si tua bangka; suami baru ibunya. Dan pertahanan Ansel hampir runtuh saat melihat Brandon mulai beranjak mendekatinya dengan bertelanjang dada.

Saat mereka berdua sudah berdiri berhadapan, Brandon tidak juga membuka suara. Tentu saja hal itu hampir membuat Ansel menangis karena rasa takut yang mulai terasa menguar melebihi kapasitas tubuhnya.

"Penyusup."

Ansel sontak memalingkan wajahnya saat Brandon berkata hal barusan. Bukan tanpa sebab dia memalingkan wajah, karena saat pria di depannya mendekatkan wajahnya aroma pekat wine tercium dan membuat Ansel kembali mual. Ayolah sekarang bukan waktu yang tepat untuk dirinya berlari ke kamar mandi.

Susunan kata-kata yang sudah ia siapkan sebelum datang ke sini kini hilang tak berbekas. Jangankan ingin mengaku, bahkan untuk menatap wajah Brandon pun lelaki manis itu tidak berani. Kenapa bisa dirinya jatuh hati kepada pria yang baru ia ketahui tidak memiliki perasaan itu.

"Ikut gue!" Tanpa aba-aba, Ansel lantas ditarik oleh Brandon keluar kamar dan Ansel yang tidak tau mau di bawa kemana pun sempat berontak hingga pemberontakannya kian menjadi saat lelaki itu baru sadar akan di bawa ke mana. Sebuah ruang rahasia yang menyimpan segala hal termasuk hal-hal yang sangat disukai oleh Brandon dan ini kali pertamanya pria itu membuat Ansel sebagai korbannya.

RED ROOM.

Dan untuk pertama kalinya dalam hubungan mereka, malam ini Ansel lah yang harus mengimbangi permainannya tanpa ada kata 'vanila'.

++

Jika saja dirinya sedang sendiri, mungkin Ansel akan menangis dengan sangat histeris. Rasa sakit yang hinggap di tubuhnya sengaja ia hiraukan karena yang ada di dalam pikirannya sejak tadi hanyalah kondisi calon anaknya. Mengingat betapa beringasnya Brandon semalam membuat kemungkinan terburuk dan paling buruk terus merasuki otaknya. Tak ingin berlama-lama di sana, Ansel kemudian menguatkan dirinya untuk bersih-bersih lalu pergi ke dokter.

Pergerakan Ansel terhenti saat menyadari jika Brandon yang sedang duduk di sofa terlihat menghiraukannya dan masih fokus berkutat dengan hp di tangan kirinya. Bohong jika Ansel tidak berharap untuk dibantu oleh Brandon, tetapi melihat respon apatis yang diberikan pria itu membuat Ansel lagi-lagi harus menelan pil pahit.

Saat berhasil berdiri Ansel mati-matian menahan bobot tubuhnya agar tidak ambruk di lantai. Belum lagi cairan milik Brandon mulai meluruh dan melewati paha mulusnya. Dengan hati-hati lelaki itu melangkah menuju kamar mandi dengan tubuh terbalut selimut merah yang sangat kontras dengan kulit putih mulusnya.

Saat mendengar suara pintu ditutup, barulah Brandon mendongak. Hp yang sejak tadi dipegangnya lantas ia lempar ke samping tanpa takut jika hp puluhan juta itu akan jatuh dan pecah. Raut wajahnya masih datar hingga tatapannya jatuh ke arah ranjang dan nakas yang benar-benar sangat berantakan. Melihat itu tanpa sadar membuatnya menyeringai penuh arti.

++

Beberapa bulan terlewati dan Ansel masih memilih untuk tidak mengakui tentang kondisinya ke Brandon. Jika ditanya tentang hubungan mereka berdua maka Ansel akan menjawab, hancur. Ya, tepat beberapa minggu yang lalu kejadian yang sempat terpikir olehnya akhirnya terjadi. Brandon, pria itu telah meninggalkannya tanpa tau jika lelaki yang ia sakiti sedang mengandung anaknya.

FAMOUS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang