FMS : 34 END

42K 3.5K 744
                                    

Happy reading and comment juseyo:!

Ansel mengerjapkan matanya perlahan saat rasa silau mulai menghantam penglihatannya. Lelaki itu berusaha untuk bangkit dan rautnya berubah terkejut saat mendapati dia sedang berada di sebuah tempat yang sangat asing dan... indah. Jujur selama hidupnya, baru kali ini Ansel melihat sebuah tempat yang begitu indah, sejuk dan wangi. Perasaannya berubah nyaman dan itu tak lama sebelum terdengar suara seorang anak kecil.

"Mama..."

Ansel lantas celingukan untuk mencari suara tersebut. Lelaki itu mulai melangkah menelusuri tempat indah itu dan sepanjang langkahnya, dia tidak mendapati satu orang pun di sana selain dirinya.

"Mama..."

Suara itu kian mendekat dan bersamaan terdengar suara gemuruh air yang ternyata berasal dari air terjun di depan sana.

Mata Ansel makin menyipit saat mendapati sesosok anak kecil sedang duduk sambil bermain di aliran air terjun itu. Sebelum Ansel membuka mulutnya, anak itu lalu berbalik dan menatap Ansel sambil tersenyum sangat manis.

Ah, melihat senyum itu mengingatkan Ansel pada seseorang.

Anak itu lalu berlari mendekati Ansel dan saat Ansel ingin mengulurkan tangannya, untuk memeluk si anak, anak itu lantas berhenti dan menggeleng.

"Kita beda, Mama."

Ansel mengernyitkan keningnya saat anak itu memanggilnya Mama.

"Aku kesepian di sini. Aku nggak punya temen." Anak itu berkata dengan nada yang terdengar sangat sendu.

"Aku iri sama adik yang setiap hari bisa peluk Mama sama Papa," ujar anak itu lagi.

Ansel yang mendengar nama Theo langsung teringat sesuatu.

"Aku boleh minta satu hal sama Mama?"

Ingatan Ansel mulai pulih sedikit demi sedikit hingga akhirnya tanpa sengaja, dirinya meneteskan air mata saat menyadari jika bocah lucu di hadapannya sekarang adalah anaknya yang sudah meninggal. Wajahnya benar-benar menjiplak Brandon tanpa terkecuali.

"Iss, Mama denger aku ngomong, kan?" Raut anak itu berubah cemberut.

Ansel mengangguk sambil tertawa kecil tetapi air mata tidak juga surut dari matanya.

"Mama jangan nangis ya soalnya aku nggak bisa ngusap air mata Mama. Nanti kalo Papa tau pasti aku dimarahin gara-gara buat Mama nangis."

Ansel lagi dan lagi mengangguk. "Iya Mama nggak nangis lagi," balasnya sambil mengusap air matanya kasar.

"Oh iya tentang permintaan aku tadi, tolong Mama kabulin ya? Soalnya aku sendirian di sini. Aku kesepian, nggak ada temen."

Perasaan Ansel berubah tak enak detik itu juga. "Permintaan?"

Bocah kecil itu mengangguk. "Tolong biarin Papa nemenin aku di sini ya, Ma. Soalnya aku pengen meluk Papa secara langsung."

Ansel sontak menggeleng.

Melihat respon itu membuat bocah lucu itu merengut. "Tapi Papa kesakitan di sana. Apa Mama nggak kasian sama Papa?"

FAMOUS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang