Ansel berlari menuju kamar mandi saat rasa mual itu kembali datang dan kini hanya cairan yang terus menerus keluar hingga menyisakan rasa pahit yang kental di tenggorokannya. Jemarinya mencengkram erat pinggiran wastafel saat pandangannya mulai berkunang-kunang disertai keringat yang mulai merembes keluar padahal pagi ini hujan turun cukup deras.
"Gue kenapa sih bangsat!" Ansel menarik rambutnya frustrasi. Bersamaan dengan itu hpnya tiba-tiba berbunyi nyaring.
Dengan langkah lemas, Ansel berjalan menuju kasurnya yang cukup berantakan.
Setelah melihat siapa yang menelponnya, Ansel langsung menekan ikon hijau.
"Gue ke sana."
"Mau ngapain lo ke sini?" Ansel bertanya dengan nada sinis karena jujur lelaki itu masih menyimpan amarah untuk pria bernama Brandon itu.
"Sel..."
Ansel mendengus. "Hm. Gue tunggu. Gue mau mandi dulu."
"Gausah masak! Ntar gue ke sana sekalian bawain makanan buat lo."
Ansel tersenyum tanpa sadar. "Hm."
Dan tak lama sambungan telpon itu pun terputus.
Setelah memastikan bahwa rasa mual itu tak lagi muncul barulah Ansel mulai merapikan kasurnya sebelum masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mendengar jika pria itu ingin kemari entah kenapa membuat mood Ansel kembali membaik.
Brandon melirik ke arah pintu kamar apartemen pacarnya itu dan menemukan Ansel baru saja keluar dengan rambut basah.
"Nih sarapan lo." Brandon membuka satu persatu plastik makanan yang sengaja ia beli untuk Ansel; pacarnya.
Ansel melongok; menatap satu persatu isi plastik itu sebelum raut wajahnya berubah muram.
"Ga suka sama makanannya?" tanya Brandon.
Ansel reflek menggeleng berulang kali. "Suka kok."
Lelaki lebih mungil itu lalu duduk di salah satu kursi dan memakan beberapa cemilan yang dibeli oleh Brandon. Saat tangannya kembali ingin mengambil cemilan itu, dengan cepat Brandon langsung menyingkirkan bungkusan itu dan menggantinya dengan makanan berat.
"Makan nasi dulu baru cemilan." Brandon menyodorkan sepiring nasi dan beberapa lauk pauk ke depan Ansel. "Cemilan ini gue beli buat simpenan kalo-kalo gue nginep di sini lagi." Brandon melangkah menuju dapur untuk mengambil air putih beserta gelas.
Ansel menatap piring di depannya dengan raut ngeri. Tidak ada yang salah memang dengan lauknya hanya saja rasa mualnya kembali muncul saat melihat nasi putih itu. Dengan cepat, dia langsung mendorong piring itu menjauh hingga tanpa di sengaja piring yang didorongnya malah jatuh dan isinya berhamburan di lantai.
Mendengar bunyi pecahan membuat Brandon yang sedang di dapur langsung melangkah terburu-buru ke arah pacarnya yang masih duduk di tempat yang sama. Pandangannya tak sengaja menangkap makanan yang sudah ia siapkan kini berhamburan di lantai, tanpa bertanya pun Brandon tau siapa dalangnya.
"....G-gue nggak sengaja, sumpah!" bela Ansel saat menyadari sorot tatapan pacarnya kini berubah. "Gue cuma ngerasa mual pas liat nasinya dan tanpa sadar piringnya gue dorong."
Brandon menaruh teko kaca dan gelas di tangannya dengan kasar ke atas meja makan.
"Kalo lo ga suka sama makanannya bilang ke gue! Lo tau, gue sampe hujan-hujanan demi beliin lo tu makanan dan dengan seenaknya lo buang gitu aja." Brandon berujar kesal. "Pake alesan mual segala lagi."
Setelah berkata seperti itu, Brandon lalu melangkah pergi ke kamar Ansel sambil melepas bajunya. Arah pandang Ansel terpaku pada punggung pacarnya yang entah sejak kapan terdapat tato di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMOUS [✓]
Fantasy[BL] [MPREG] "Lo masih mau berhubungan sama gue?" "Lo diem." "Mau bagaimanapun sikap gue ya lo harus terima dan cukup diem. Gausah komentar! Tapi kalo lo emang ngga bisa ya gampang, putus selesai." Brandon kembali berkata dengan nada yang super sant...