FMS : 13

30.3K 3.5K 276
                                    

"Jadi?" Brandon menatap satu persatu orang di dalam ruangan itu.

Salah satu pria disana lantas mengedikkan bahunya. "Besok kita semua berangkat ke sana."

Setelahnya pertemuan itu pun selesai dan satu persatu orang melangkah keluar termasuk Brandon.

Saat akan memasuki lift bersamaan dengan itu hp nya tiba-tiba berbunyi pertanda panggilan masuk. Alhasil pria itu menyingkir agak jauh saat melihat jika sang mama yang menelpon.

"Brandon..."

Dahi Brandon mengernyit saat mendengar suara mamanya yang terdengar 'tidak baik-baik saja'

"Kenapa, ma?"

"Pertunangan adik kamu dibatalkan sepihak. Calon suaminya tiba-tiba kabur tanpa sebab."

Miranda; mama Brandon, berkata sambil terisak.

Dan Brandon yang mendengar fakta itu sedikit merasa kaget. Ya walaupun hubungannya dengan adik tirinya itu tidak bisa dibilang baik tetapi tetap saja dia merasa miris akan nasib buruk yang menimpa perempuan tiga tahun lebih muda darinya itu.

"Lalu?"

"Brandon, apa kamu ngga kasian sama keadaan Davika sekarang? Mama tau kamu ngga akrab sama dia, tapi mama mohon untuk kali ini, kamu pulang ya dan sebentar aja kamu kasih pundak kamu ke dia, dia butuh sandaran sekarang." Miranda berkata dengan nada lirih.

Brandon reflek menoleh saat bahunya ditepuk seseorang. Ah ternyata Jeno, manajer Valena.

"Minum?" ajak Jeno.

Brandon lantas menggeleng. "Next time. Hari ini gue mau balik ke rumah nyokap."

Jeno mengangguk maklum. "Yaudah. Gue duluan, bro."

Pria itu menatap kepergian Jeno hingga hilang di balik pintu lift.

"Brandon, kamu denger mama kan?"

"Hm. Aku pulang sekarang." Setelah menutup panggilan itu, Brandon berjalan memutar ke arah parkiran. Setidaknya hanya untuk kali ini.

++

Brandon berjalan memasuki rumah utama yang ternyata sedang kedatangan tamu. Dari jarak agak jauh dapat dia lihat jika papanya seperti sedang bersitegang dengan si tamu(?)

Orang pertama yang menyadari kedatangan Brandon adalah Miranda. Wanita itu lantas memeluk sang putra sambil terisak.

"Sekali lagi atas nama anak saya, saya minta maaf sebesar-besarnya."

Setelah melepaskan pelukan itu, Brandon menoleh menatap si tamu yang baru saja mengucapkan kata maaf. Dapat dia tebak pria paruh baya itu pasti ayah dari tunangan Davika, adik tirinya.

"Saya akan menanggung semuanya, terutama saya juga akan membersihkan nama Davika dan keluarga kalian atas masalah ini."

"Ini bukan masalah nama baik atau apalah itu! Yang saja pikirkan sekarang adalah perasaan Davika, anak kami. Untuk urusan nama baik keluarga itu urusan kami dan kalian tidak perlu ikut campur." Papa Brandon berkata dengan tegas. Sorot matanya pun terlihat sangat tajam, seakan membuktikan jika rasa amarah sudah menyelimuti dirinya.

"B-bisa katakan pada kami kenapa dia memutuskan pertunangannya dengan Davika? Apa mungkin anakku pernah berbuat salah sampai dia meninggalkan Davika begitu saja? T-tolong beritahu kami!" tanya Miranda berusaha menormalkan suaranya yang terdengar begitu serak.

FAMOUS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang