BONUS CHAPTER III [LAST]

45.8K 3.3K 286
                                    

Lima tahun kemudian.

"PAPAAAA!"

Ansel sontak menjatuhkan centong nasi dari tangannya saat mendengar suara teriakan anak keduanya dan tak lama disusul suara tangisan melengking hingga membuat Theo yang sedang menemaninya memasak lantas bersungut.

"Papa kebiasaan sih, Ma!" gerutu Theo merasa sebal saat acara mari-mencicipi-paha-ayam-favoritnya terganggu.

Ansel pun sama terlihat kesal seperti anak pertamanya.

Tak lama setelah itu, Brandon muncul di anak tangga sambil membawa putra kedua mereka yang masih menangis histeris dan hal itu cukup membuat sang Papa yang menggendongnya cukup kewalahan.

"Mama— hiks!"

Ansel pada akhirnya mengulurkan tangannya sembari melangkah mendekati suami serta anak keduanya. "Cup-cup! Sini sama Mama."

Ibu beranak dua itu lantas menggendong Aksa— putra keduanya dan mempuk-puk punggung mungil itu dengan lembut.

"Papa nakal!" adu Aksa sambil menenggelamkan wajahnya pada leher sang Mama.

Ansel yang mendengar aduan dari salah satu kesayangannya tentu saja balik menatap sang suami dengan tajam. Hal itu sukses membuat Brandon langsung membuang muka, menatap kearah lain hingga tatapannya beradu dengan mata putra sulungnya yang masih anteng mencicipi paha ayam lezat buatan sang Mama.

"Kamu apain Aksa?" tanya Ansel sambil terus menatap suaminya. "Nyeburin Aksa ke bathtub lagi, huh?!"

Mendengar tuduhan dari istrinya membuat Brandon balik menatap lelaki yang sudah memberinya dua orang putra itu. "Nggak!"

"Terus kenapa Aksa nangis?" tanya Ansel lagi.  Untungnya tangisan bocah kecil digendongannya sudah berhenti.

"Dia main air terus coba kalo nggak percaya liat telapak tangannya udah agak keriput. Kalo nggak kupaksa ya bisa-bisa Aksa demam lagi kayak satu minggu yang lalu." Brandon akhirnya menjelaskan.

Ansel beralih menarik tangan putranya dan ternyata benar ucapan suaminya. Lelaki itu lantas menatap Aksa yang sudah tertangkap basah dengan sorot mata tegas. "Adek main air lagi?"

Airmata Aksa yang tadinya sudah mengering kini mulai mencair lagi. "T-tadi bebeknya tenggelem terus kalo nggak aku ambil pasti Mama sama Papa harus beli bebek baru lagi, kan sayang uangnya."

Mendengar itu membuat rasa kesal pada diri Ansel dan Brandon seketika musnah. Dengan perasaan gemas, Ansel balik menciumi pipi anak keduanya dan hal itu sukses membuat si anak yang tadinya ingin menangis kini tertawa kegelian.

"Adek, kakak punya ayam goreng loh. Mau nggak?" Di sana, Theo mengulurkan sebuah paha ayam goreng tepung dan hal itu sontak membuat Aksa memaksa turun dari gendongan sang mama.

Ansel segera menurunkan Aksa dan detik itu juga bocah lima tahun itu berlari kearah kakaknya yang terpaut usia satu setengah tahun.

Ibu beranak dua itu lantas beralih menatap suaminya yang ternyata sudah melangkah menuju sofa ruang tengah. "Kamu nggak ke kantor?" tanya sang istri dengan raut heran.

Brandon menggeleng. "Kerjaanku udah selesai semua cuma nanti sekitar jam satu siang ke kantor bentar buat ngasih arahan ke anak-anak magang."

Ansel mengangguk mengerti. "Yaudah sarapan dulu, yuk."

Brandon menggeleng. "Kamu sama anak-anak duluan aja, aku masih kenyang."

"Kenyang?" Ansel mengernyit heran. Perasaan semalam suaminya hanya makan keripik kentang dan itupun tak lebih dari sepuluh biji. Lelaki mungil itu lantas menghampiri suaminya yang sekarang masih menatapnya balik dengan sorot berbeda.

FAMOUS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang