Meraih Restu

756 73 27
                                    

Bali, Sabtu, 30 April 2025

"Gek Lini bisa ikutin saya ya,"

"Baik, ustadzah." Balas Mahalini dengan pelan.

Beberapa pasang mata kini tengah duduk mengelilingi Mahalini yang tengah berada di tengah-tengah. Begitu pula dengan Nuca, yang kini tengah duduk memerhatikan Mahalini dengan perasaan tak menentu.

"Bismillahirrahmanirrahim,"

"Silahkan ikuti."

"Bismillahirrahmanirrahim."

Mahalini menjabat tangan ustadzah di hadapannya dengan gemetar.

"Ashaduallaillahailallah, waashaduanna Muhammaddarrasulullah."

Ia menarik nafasnya dalam-dalam terlebih dahulu sebelum mengucapkan dua kalimat syahadat.

"Ashaduallaillahailallah, waashaduanna Muhammaddarrasulullah."

"Ikuti saya lagi ya,"

"Saya, Ni Luh Ketut Mahalini Ayu Raharja, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah."

"Saya, Ni Luh Ketut Mahalini Ayu Raharja, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah."

"Alhamdulillah!"

"Alhamdulillah ya Allah!"

Semua orang menangis bahagia mendengar Mahalini menyelesaikan dua kalimat syahadat itu. Ustadzah tersebut kemudian segera memeluk tubuh mungil Mahalini yang kini sudah berbalut gamis panjang dan rambutnya ditutupi dengan hijab berwarna putih. Begitu juga dengan Mahalini yang kini tak berhenti menangis. Ia merasa kini, dirinya benar-benar sudah menuntaskan apa yang selama ini hanya memenuhi benaknya.

Setelah menyalami ustadzah, kini Mahalini beralih menuju sang papa yang sedari tadi tak henti-hentinya menangis menyaksikan ini semua. Bohong jika ia bilang bahwa hatinya tak sakit melihat anak bungsunya meninggalkan agama yang mereka percaya sedari dulu. Namun, satu hal yang ia yakini, selama Nuca lah orang yang membimbing Mahalini, ia yakin anaknya memilih keyakinan yang tepat.

"Pah.."

Mahalini bersimpuh di hadapan sang papa dengan tangis yang sudah membanjiri wajahnya. Ia berlutut dihadapan papanya, menggenggam erat tangan sang papa, membuat kini, suasana masjid berubah haru. Nuca ikut tak kuasa menyaksikan itu semua.

"Maafin Lini, pah.."

"Maaf kalau Lini udah ngecewain papah.."

Papa Gede dengan cepat menggeleng. Ia usap dengan penuh kasih sayang rambut anaknya yang ditutupi oleh jilbab, lalu membisikkan sesuatu dengan pelan.

"Papah ga kecewa sama sekali gek, papa justru senang, kamu akhirnya bisa lakuin apa yang selama ini kamu inginkan.."

"Papa bahagia asal kamu juga bahagia, gek.."

Lalu kemudian, Mahalini memeluk tubuh renta papanya dengan penuh haru. Hal itu juga disaksikan oleh anggota keluarga Mahalini yang lain. Mereka turut bahagia atas apa yang terjadi sekarang.

******

Yogyakarta, 2 Mei, 2025

"Kalau bisa kamu kesini nya cepat ya mas,"

"Kondisi omah semakin parah." Suara lirih dari mulut Mama Angke terdengar parau, membuat kini perasaan Nuca dibuat tak karuan. Mahalini yang berada di sebelah Nuca, menenangkannya dengan mengusap lembut jari tangan Nuca, menyalurkan kekuatan disana.

I Still Love You (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang