Kepolosan Anisa

1.4K 74 15
                                    

Malam setelah resepsi..

"Lin, boleh minta tolong ambilin baju aku di lemari, ga?" Nuca sedikit meninggikan suaranya agar terdengar oleh Mahalini yang tengah berdiri di depan kaca, memerhatikan penampilannya.

"Dimana emangnya mas taro?" Tanya Mahalini balik.

"Di koper atas lemari, belum mas pindahin kemarin." Balas Nuca dari balik pintu kamar mandi.

Mahalini kemudian menoleh ke atas lemari, melihat letak koper milik sang suami, yang memang benar saja berada di posisi teratas. Ia kemudian menarik sebuah kursi agar membantunya mencapai koper tersebut.

"Bisa, Lin?" Tanya Nuca, masih dari balik pintu.

"Bentar mas,"

Mahalini berusaha keras untuk menggapai koper berwarna coklat tersebut, namun apa daya tangannya tak sampai, ditambah lagi, sang suami meletakkan kopernya itu di bagian ujung, membuat Mahalini jelas kewalahan.

"Bisa?" Nuca bertanya sekali lagi, menyadari suara Mahalini yang sepertinya tengah kesusahan.

"Susah mas, tanganku ga nyampe." Balas Mahalini dengan nada yang pasrah.

"Duh gimana jadinya, ya? Mas ga ada pakai handuk juga, masih di koper." Ujar Nuca yang juga terdengar pasrah.

"Pakai handuk aku aja mau ga, mas?" Mahalini menawari sang suami agar memakai handuk miliknya, yang tadi ia jemur di luar kamar karena basah.

"Boleh deh boleh, pakai itu aja."

Mahalini lalu tersenyum puas mendengar jawaban Nuca, ia lalu turun dari kursi, dan berjalan menuju ke arah luar, tempat ia menjemur handuk pink yang tadi ia kenakan sehabis mandi.

"Mas, ini handuk aku."

Cklek

Suara pintu kamar mandi kemudian terbuka, dan hanya sebuah tangan yang keluar, mengambil handuk tersebut.

"Makasih, mas pake ini dulu ya."

"Oke, mas." Balas Mahalini yang tak sama sekali mempermasalahkan hal itu.

Mahalini lalu kembali duduk di pinggir kasur sembari memainkan ponsel di tangannya, juga menunggu Nuca yang masih berada di kamar mandi.

Tak lama, suara gagang pintu kembali terdengar, dan kali ini, muncullah Nuca dengan handuk berwarna pink milik Mahalini yang terlihat kekecilan di tubuhnya, yang jelas membuat Mahalini tertawa geli.

"Astaga mas, itu kenapa handuk nya cuma sampe paha, sih?" Mahalini dengan cekikikan, menertawai Nuca dengan handuk kecilnya yang ia kenakan.

Nuca yang merasa malu kemudian dengan segera berjalan melewati Mahalini dan mengambil koper miliknya di atas lemari, sedangkan Mahalini masih tertawa ngakak di atas kasur.

"Ya Allah, itu kenapa cuma sampe paha sih-

"Mas?"

Mahalini secara langsung menghentikan gelak tawanya, kala melihat kini Nuca telah berada di hadapannya, masih dengan dada yang tak terbungkus apapun. Nuca kemudian mengambil posisi di sebelah Mahalini, membuat Mahalini mati-matian menahan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

"K-kenapa, mas?" Tanya Mahalini dengan sedikit terbata, menyadari kini sang suami tengah memerhatikan dirinya dengan tatapan tak biasa.

"Emang tadi lucu?" Nuca bertanya dengan nada dinginnya, sedikit membuat Mahalini takut.

"Bercanda doang tadi mas, aku ga-

Nuca menarik dagu Mahalini dengan tangannya, mengikis jarak antara keduanya, membuat Mahalini meneguk ludahnya sendiri dengan kasar. Ia dapat melihat sepasang bola mata indah berwarna hitam pekat yang selalu menjadi favoritnya. Serta Nuca yang juga dapat melihat wajah polos Mahalini tanpa riasan apapun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Still Love You (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang