Tak Pantas

777 76 19
                                    

Nuca kemudian memajukan tubuhnya, membuat mahalini sampai harus menahan tubuh dengan menyenderkan ke kaca mobil.

Nuca menoleh menatap Mahalini dengan seksama, kedua bola mata indah yang kini tengah berair itu.

"Tenang Lin, kamu jangan panik gitu,"

"Emang keliatan nya aku mau mesum, ya?"

Ucap Nuca dengan nada seperti meledek, kala melihat muka merah Mahalini.

"Ngeselin."

Mahalini menepuk pundak Nuca dengan tak keras, membuat Nuca tertawa. Bisa-bisanya dia malah bercanda di situasi genting seperti ini.

"Udah ah aku mau masuk,"

Mahalini berkata sembari memakai kembali tas selempang nya, berniat membuka pintu mobil. Tapi sebelum itu, ia menoleh menatap Nuca sejenak.

"Makasih Nuca untuk semuanya,"

"Hm--

Nuca menunggu ucapan Mahalini selanjutnya.

"M-m-mau masuk dulu ke dalem?"

Nuca tertawa mendengar nada gemetar yang keluar dari bibir Mahalini. Tanpa basa-basi, Nuca malah keluar mobil terlebih dahulu, seakan memberi jawaban atas pertanyaan Mahalini barusan.

"Lah? Kan aku yang ngajakin, kenapa dia yang keluar duluan?" Mahalini bergumam dari dalam hati kecilnya.

Mahalini kemudian ikut turun dari dalam mobil, kemudian berjalan beriringan masuk kedalam bersama Nuca.

Nuca dengan sikap santai nya merangkul pundak Mahalini, membuat Mahalini sedikit terkejut namun juga berusaha menutupi itu semua.

"Kamu ga berubah ya,"

"Masih aja pendek, masih sepundak aku." Ujar Nuca, sedikit melontarkan candaan, membuat Mahalini menoleh dengan garang, tak terima akan candaan itu.

"Enak aja!"

"Kamu ga tau aja aku minum susu peninggi badan tiap hari!"

"Tapi jadi tinggi?" Tanya Nuca lagi, kembali meledek.

"Ya ngga,"

"Kan aku mah nyari manis nya doang."

Keduanya tampak mencoba mencairkan suasana sebelum akhirnya mereka tiba di depan rumah Mahalini.

Mahalini membuka pintu rumahnya dengan membuka kunci, lalu masuk kedalam diikuti oleh Nuca dari belakang.

Setelahnya, Mahalini mempersilahkan Nuca untuk duduk di sofa sembari menunggu dirinya membuatkan minuman coklat hangat kesukaan Nuca.

Sembari menunggu kedatangan Mahalini, mata Nuca bergerak melihat-lihat seisi rumah Mahalini yang banyak terdapat ukiran ukiran kayu khas Bali, yang memang merupakan daerah asal tempat Mahalini berada.

Mata Nuca terus berkelana sampai kedua bola mata itu berhenti di sebuah potret yang membuatnya sampai harus bangkit berdiri untuk memastikan.

Benar saja, itu merupakan sebuah potret dari mendiang mama Mahalini yang sudah berpulang beberapa tahun lalu. Nuca kemudian mengangkat potret tersebut, memandang wajah almarhum dari sosok wanita hebat yang menjadikan Mahalini sampai di titik sekarang.

Nuca kembali mengingat kala itu. Kala dimana, ia juga terkena covid, yang mengharuskan ia untuk diam di rumah dan tak diperbolehkan kemana-mana.

Flashback on

Beberapa jam sebelum ALM. Mama Serini dinyatakan meninggal

Cklek

Suara pintu terbuka, kemudian muncullah Axel membawa sebuah amplop putih, dan hanya melihat sang adik dari pintu kamar.

I Still Love You (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang