BAB 11

9.9K 440 36
                                    

Tatiana pikir hari minggunya akan berakhir tidak menyenangkan kalau dia pulang ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tatiana pikir hari minggunya akan berakhir tidak menyenangkan kalau dia pulang ke rumah. Ternyata Tatiana salah. Hari minggunya justru sangat menyenangkan. Sebab hari ini Vella dan Meilani mengajaknya jalan-jalan pagi.

Sebenarnya yang menarik dari acara jalan-jalan pagi mereka adalah ketika Tatiana bertemu dengan rombongan laki-laki tampan yang sedang jogging. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Tatiana tidak munafik kok, dia tetap menyukai laki-laki itu, meskipun Ved juga tampan.

Pulang dari acara jalan-jalan bersama Vella dan Meilani, Tatiana segera menuju ke dapur untuk mengisi volume cairan tubuhnya yang sudah berkurang. Semangatnya bertambah ketika teringat dengan para lelaki tampan yang dia temui tadi.

"Besok jalan-jalan lagi ah, lumayan bisa cuci mata," gumam Tatiana. Bibir perempuan itu segera tertawa.

"Cuci mata, ya?"

"Eh, monyet!" Tatiana berbalik ketika mendengar suara di telinganya dalam jarak dekat. Jantungnya hampir saja lepas. "Ved! Dasar siluman monyet! Kamu ngapain pake ngagetin aku segala sih?"

Ved melipat kedua tangannya di depan dada. "Sini, biar aku aja yang cuci mata kamu."

Kening Tatiana mengernyit bingung, namun ekspresinya masih tampak siaga. "Maksud kamu apa? Memangnya mata aku bisa dicuci?"

"Bisa kok. Tadi kamu bilang begitu."

Tatiana segera memalingkan wajahnya. Sekarang dia tahu apa yang membuat Ved tampak suram. Berkebalikan dengan matahari di luar sana yang sangat cerah. Mungkin saja laki-laki itu sedang memiliki banyak masalah. Semoga saja hidupnya tidak suram seperti wajahnya sekarang.

"Mana? Buruan."

"Apa sih, Ved?" Tatiana mendorong bahu laki-laki itu sekalian lewat untuk menyimpan gelas di wastafel. "Kamu mandi gih, bau banget. Bangun tidur tuh langsung mandi, bukannya ngapel ke dapur."

Ved menyeringai. "Lah, kan cewekku ada di dapur."

Mata Tatiana melirik sinis. "Kalau ngapel tuh yang elit dikit. Wajah kamu kusam, badan kamu bau. Nggak malu sama cewek kamu?"

Ved berjalan mendekat. Kedua tangannya langsung menarik Tatiana semakin dekat dengan tubuhnya. Ved juga langsung mencengkram kedua tangannya di pinggang Tatiana. Tatapan laki-laki itu menyiratkan sesuatu yang serius.

"Apa tipe ideal kamu adalah laki-laki ganteng, berwajah bersih, dan harum?"

Tatiana mengangguk saja supaya cepat.

"Apa tipe ideal kamu ada pada laki-laki di depan kompleks yang kamu lihat tadi?"

Kali ini Tatiana menelan salivanya gugup. Mata perempuan itu melirik ke arah lain. Sengaja ingin menghindari tatapan Ved yang tampak memancarkan laser. Tatiana tidak bohong, saat ini Tatiana merasa sangat tidak nyaman.

"Besok kalau Mei atau Tante Vella ngajak kamu jalan-jalan pagi, sebaiknya kamu tolak. Nggak baik buat kesehatan."

"Lho, kok bisa nggak baik buat kesehatan? Justru jalan-jalan pagi itu salah satu olahraga ringan lho," bantah Tatiana.

SituasionshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang