BAB 43

3.8K 255 27
                                    

"Memangnya setelah Kak Ana dan Kak Ved menikah, bakalan punya adik bayi ya?" tanya Meilani kepada kakak perempuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Memangnya setelah Kak Ana dan Kak Ved menikah, bakalan punya adik bayi ya?" tanya Meilani kepada kakak perempuannya.

"Punya bayi? Oh iya, kalau udah rejeki. Mei kata siapa? Kok bisa tau?"

"Kata Kak Ved sendiri."

Tatiana lantas menghela napas dalam-dalam, kemudian berkacak pinggang dan mulai mencari-cari keberadaan suaminya.

"Mei jangan percaya dulu ya, dia memang mesum."

"Mesum itu apa?"

"Genit."

"Genit itu apa?"

Tatiana menghela napas dalam-dalam, kemudian tersenyum penuh kesabaran. "Genit itu kayak Kak Ved. Nggak jauh beda sama dia."

Kemudian, Meilani mulai toleh kanan dan kiri. Mencari sosok Ved yang Tatiana maksud tadi. Namun, dia tak menemukan siapa pun, hanya ada pekerja yang sedang menyapu di depan halaman rumah.

"Nggak ada Kak Ved, jadi Mei nggak tau genit itu apa," ucapnya sambil membelalak lucu. "Nanti Mei tanya aja sama Kak Ved langsung ya."

Tatiana mesem. "Boleh. Tapi, kalau udah besar nanti Mei nggak boleh genit ya sama laki-laki."

"Memangnya perempuan juga bisa genit?"

"Bisa dong."

"Kalau Mei genit, emangnya kenapa?"

"Nanti Mei punya anak duluan lho. Makanya jangan genit. Gini nih kalau genit. Kak Ana contohkan ya." Tatiana mencolek pipi adiknya. "Nah, itu genit. Mei nggak boleh kayak gitu sama laki-laki, atau jangan sampai mau dibegitukan juga sama laki-laki."

"Nggak boleh disentuh sama laki-laki?" tanyanya dengan mata membelalak lagi.

"Iya. Nanti kalau disentuh, dicolek-colek, Mei bisa hamil. Hamil itu tandanya perut Mei jadi besar. Terus keluar adik bayi."

Ekspresi Meilani langsung berubah takut. Adik Tatiana itu berjanji tidak akan genit kepada laki-laki. Dan tidak akan mengizinkan laki-laki genit padanya.

Bertepatan pada saat itu, Anggara datang sambil membawa somay yang baru dia beli. Laki-laki dua anak itu memberikan satu somaynya untuk Meilani.

"Mau nggak?"

Meilani mengangguk. "Mau."

"Sini, Papa gendong." Pada saat akan memangku Meilani, gadis kecil itu malah memukul. Anggara sontak melongo kaget.

"Jangan sentuh Mei, Pa!" larangnya.

"Lah kenapa?"

"Nanti Mei hamil. Kan Papa laki-laki!" jawabnya dengan tatapan takut.

Saat itu juga Tatiana menepuk keningnya. Meilani ini pintar, tapi juga polos. Tatiana jadi serba salah.

"Kenapa bisa hamil? Mei masih kecil!" balas Anggara.

SituasionshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang