BAB 41

3.4K 244 21
                                    

Ved melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Anggara. Laki-laki itu datang setelah pulang dari kantor.

Ada beberapa pekerjaan yang mengharuskannya datang ke kantor. Padahal mamanya sudah meminta Ved agar tidak masuk kerja sampai pernikahan selesai diselenggarakan.

Tetapi pekerjaan di kantor memang tidak bisa dialihkan kepada pegawainya yang lain, atau kepada sekretarisnya sendiri. Maka dari itu Ved tetap memaksa masuk kerja.

Sampai di dalam rumah Anggara, laki-laki itu berkeliling mencari calon istrinya. Kediaman rumah Anggara mendadak penuh sanak saudara.

Tetapi tak ada satu pun dari mereka yang mengenalinya. Maka dari itu Ved pun bebas mondar-mandir di dalam sana.

Laki-laki itu mendekat pada saat melihat sepupunya sedang duduk bersama anak-anak yang lain. Meilani sedang bermain sambil makan.

"Mei, lihat Kak Ana nggak?" tanyanya terus terang.

Anak kecil itu malah terkejut melihat kedatangannya. "Kak Ved kok malah ada di sini? Kata mama, Kak Ved nggak boleh ke sini. Nggak boleh ketemu Kak Ana dulu."

"Cuma sebentar kok. Kamu tahu Ana nggak?"

"Lagi di belakang, tadi bantuin mama beres-beres dapur."

Laki-laki itu langsung menganggukkan kepalanya. Kemudian meninggalkan sepupunya untuk mencari Tatiana.

Tiba di dalam dapur, laki-laki itu tetap kesulitan mencari calon istrinya. Ternyata sanak saudara Tatiana bisa memenuhi area dapur.

"Permisi air panas! Permisi, ini air panas!"

Setelah berhasil menerobos, laki-laki itu malah berjumpa dengan Vella. Keduanya bertatapan sampai akhirnya Vella menghela napas panjang.

"Kamu ngapain ke sini, Ved? Dibilangin jangan ke sini dulu! Kamu tuh memang susah banget diomongin! Padahal Tante bilang gini karena kamu itu calon pengantin!" omel Vella beruntun.

"Ya ampun, Tante, aku cuma mampir bentar aja kok. Ana mana, Tan?"

"Ngapain nyariin Ana? Nggak boleh ketemu Ana dulu," larang Vella sambil mengibaskan kedua tangannya.

Perempuan satu anak itu langsung mendorong bahu keponakannya agar meninggalkan dapur. Sedangkan kerabat Tatiana yang lain langsung menoleh penuh minat.

"Loh, ini siapa? Ganteng banget ya."

"Ada pangeran nyasar ke dapur."

"Ya ampun gantengnya. Udah punya calon belum? Kebetulan anak Tante masih single."

"Eh jangan, sebaiknya sama anak Tante aja."

"Eh apa-apaan ini maksudnya? Ini tuh Ved. Calon suaminya Ana. Sembarangan aja!" Vella menarik Ved agar keluar dari sana. "Kamu jangan macam-macam ya, Ved! Jangan bikin malu!"

"Siapa yang bikin malu sih, Tante? Aku kan nyari Ana, bukan mau bikin malu."

"Ana tuh ada di kamarnya, ngapain nyari ke sini segala?"

"Eh, Ana ada di dalam kamarnya?" Senyum lebar Ved pun muncul seketika. Tiba-tiba saja Ved merasa ingin menyusul ke sana. "Oh, gitu. Ya udah, kalau gitu aku susulin Ana dulu di—"

"Eii, mau ke mana?" Vella menarik telinga keponakannya. "Siapa yang kasih kamu izin masuk ke kamar Ana, Ved?"

"Aduh, Tante, aku ke sini kan mau lihat ana. Jangan dijewer dong!"

"Kamu nggak bisa nurut apa kata Tante ya? Daripada kamu nyusulin Ana, sebaiknya kamu bantuin Tante di sini. Daripada kamu luntang-lantung nggak jelas."

Mata Ved membelalak. Siapa bilang dia luntang-lantung? Ved mau menemui Tatiana dulu. Itu tandanya Ved punya alasan yang jelas.

SituasionshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang