BAB 19

7.2K 286 22
                                    

Sarapan pagi menurut Tatiana, seperti kewajiban bagi penghuni rumah Anggara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sarapan pagi menurut Tatiana, seperti kewajiban bagi penghuni rumah Anggara. kecuali mereka yang harus pergi kerja atau sekolah buru-buru. Tapi, sejauh ini semua penghuni rumah selalu menaati peraturan yang sudah dibuat oleh Anggara.

Tatiana tiba di depan meja makan yang pertama kali. Sementara yang lain masih di kamar masing-masing. Sedangkan Vella sedang menyiram tanaman.

Tatiana duduk menunggu sambil menopang dagu. Perempuan itu mengamati asisten rumah tangga yang sedang menyusun makanan di atas meja.

Ini, Tatiana yang datang terlalu cepat karena sudah kelaparan atau memang asisten rumah tangga yang masak agak siangan ya?

"Mbak, udah selesai belum? Bantuin Mama Vella nyiram tanaman ya. Supaya Mama Vella bisa sarapan buru-buru," pinta Tatiana. Melanjutkan dalam hati kalau dia sebenarnya sudah tidak tahan ingin makan.

Mohon maaf saja, Tatiana merasa perutnya sangat kelaparan. Perih dan terasa tidak nyaman. Sepertinya dia memang sangat kelaparan.

Menuruti perintah majikannya, si asisten rumah tangga langsung menuju ke halaman depan. Sementara Tatiana menjadi satu-satunya orang yang menatap penuh nafsu pada makanan di depan matanya.

Tatiana iseng mencomot gorengan di depannya, namun tiba-tiba seseorang menepuk tangannya. Alhasil, gorengan yang hampir dia santap itu jatuh lagi ke dalam piring.

Tatiana menoleh, bermaksud melayangkan protes pada seseorang yang sudah menggagalkannya makan gorengan itu. Namun, Tatiana malah menerima ciuman panjang di bibir. Kepalanya sampai mundur, saking kuatnya si pelaku mencumbu bibirnya.

Setelah terlepas, mata Tatiana memicing. "Jangan cium tiba-tiba. Kalau ada yang lihat gimana?"

Kepala perempuan itu toleh kanan dan kiri. Khawatir ada orang yang memergoki mereka sedang berciuman. Demi Tuhan, Tatiana belum siap kena amuk papanya karena sudah berbuat mesum di rumah.

Laki-laki itu, Ved, malah menyeringai senang. Namun, tetap toleh kanan kiri juga. Kemudian, Ved menatap Tatiana dengan binar mata yang penuh cinta. Tubuh laki-laki itu bersandar di meja, sementara posisinya masih berdiri. Dari atas, Ved bisa melihat bulu mata Tatiana yang lentik ketika bergerak gelisah, melihat ke sekitar.

"Om Anggara masih di dalam kamar, tadi aku nggak sengaja lewat sana. Masih kedengaran suara air. Mungkin lagi mandi. Tante Vella masih ada di depan. Kalau Meilani lagi pakai sepatu. Kamu tahu sendiri dia kalau pakai sepatu lamanya minta ampun," jelas Ved yang mana sedikit membuat Tatiana merasa lega.

"Meskipun aman, jangan sesekali kayak gitu. Aku hampir jantungan tau, Ved," rengek Tatiana.

Laki-laki itu tampak gemas dengan kelakuan Tatiana. "Nggak apa-apa, Sayang. Takut kenapa sih? Mereka nggak akan gigit kok."

Tatiana manyun. Mereka memang tidak akan mengigit. Tapi, Tatiana pastikan papanya akan mengusir Ved dari rumah karena sudah macam-macam dengan Tatiana. Kasihan Ved kalau sampai terusir. Meskipun Tatiana tahu, Ved punya rumah sendiri. Tapi kan Tatiana tetap tidak tega.

SituasionshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang