BAB 17

8.8K 315 27
                                    

Tatiana tahu kalau hari ini akan tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tatiana tahu kalau hari ini akan tiba. Hari di mana Tatiana akan menyerahkan dirinya pada Ved. Meskipun keragu-raguan itu tetap ada. Tapi, ketika nafsu sudah menguasai, Tatiana hanya bisa menikmatinya saja. Semoga saja tidak ada penyesalan dikemudian hari.

Awalnya Tatiana tidak pernah bermimpi akan bermain dengan Ved. Sosok laki-laki yang seharusnya menjadi kakak bagi Tatiana. Tapi, malah dia anggap sebagai laki-laki, dia sukai, bahkan dia cintai.

Orang bilang, kalau cinta sudah bicara. Segalanya menjadi sah. Tak peduli kepada siapa dan kapan rasa cinta itu muncul. Jangan pernah menyalahkan cinta. Karena dari sanalah mereka bisa mendapatkan kebahagiaan sekaligus rasa sakit.

"Ah!"

Ya, sakit. Bukan hanya sakit hatinya saja yang Tatiana rasakan. Namun juga beberapa bagian tubuhnya yang disentuh Ved. Nafsu itu yang sudah membuatnya terjun dalam kenikmatan. Membelahnya tak tersisa. Namun, penuh kelembutan ketika Ved mengangkatnya menuju ranjang.

Sebelum berniat melanjutkan kegiatan panas mereka, Ved sudah lebih dulu meminta maaf apabila dia telah menyakiti Tatiana secara sengaja ataupun tidak sengaja. Tapi, laki-laki itu merasa yakin tidak akan berhenti sebelum menuntaskan permainan.

Kecupan basah dan panjang, membuat Tatiana terpejam. Seluruh wajahnya berhasil dibuat basah oleh kecupan Ved. Kini, kecupan itu turun, menyusuri leher Tatiana hati-hati, penuh godaan, mengundang Tatiana untuk jatuh pada kobaran gairah.

Gerakan Ved yang merangsang itu jelas penuh perhitungan. Tajam dan tepat. Membuat Tatiana kesulitan untuk mengangkat suaranya. Bukan karena gugup, bukan karena takut, bukan juga karena lemah, melainkan karena gairah yang sudah menutup bibir dan telinga Tatiana saat ini. Bahkan, pikiran Tatiana pun dibuat kacau oleh Ved.

Selama beberapa detik, setelah tubuh atas Tatiana berhasil dijajah oleh Ved, laki-laki itu membawanya bangun. Keduanya bertatapan. Kabut gairah itu nyata, ada di depan mata Tatiana, tepat di mata Ved. 

Napas laki-laki itu mulai tidak teratur, saling berlomba dengan Tatiana. Namun, bukan untuk bermusuhan, melainkan untuk menyatu. Pada saat Ved menarik wajahnya mendekat, kemudian mengelusnya lembut. Perasaan nyaman dan gejolak gairah itu seolah membuncah, bersamaan dengan setiap napasnya yang terembus.

"Ana, kamu boleh berpikir ulang," bisik laki-laki itu. Tatapannya tepat mengarah kepada bibir Tatiana. "Aku tau, kamu masih ragu dengan hubungan kita."

"Memangnya aku boleh mundur?"

Kepala laki-laki itu menggeleng. Tatiana refleks tertawa. Seharusnya Tatiana tahu, Ved tidak mungkin mundur setelah mereka sama-sama sesak napas, sehabis ciuman. Seharusnya Tatiana tahu, Ved tidak akan mengalah. Mau bagaimanapun kondisinya, laki-laki itu paling suka terobos saja!

"Terus kenapa bertanya?"

Ved menyengir. "Basa-basi aja." Laki-laki itu menelan salivanya. "Memangnya kamu mau kita langsung ke intinya aja?"

SituasionshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang