Awalnya sang pria menolak.
Terpaksa Preticia pun harus jujur tentang siapa dirinya yang sebenarnya pada pria tersebut. Ia juga menceritakan bahwa ia kabur dari istana Duke dan bagaimana ia bisa sampai kemari dengan sedetail mungkin pada sang pria.
Mungkin ini adalah tindakan cerobohnya karena memberitahukan identitas aslinya pada orang yang baru dikenalnya. Namun, entah mengapa dirinya ingin melakukan hal itu. Ia ingin pria ini mengenalnya agar ia juga bisa mengenal pria tersebut.
Tanpa diduga sang pria pun menunjukkan pergelangan tangannya yang terdapat tato triskele di sana, Preticia mengenali tato itu. Tato itu hanya dimiliki oleh seorang algojo dan pria ini termasuk salah satu dari mereka.
"Dan sekarang apa kau masih mau bersamaku? Bisa jadi kau akan menjadi sial jika ikut denganku."
Preticia menjadi diam karenanya. Merasa sudah tahu jawaban dari Preticia, ia pun memilih untuk pergi meninggalkan Preticia.
Hal yang tak terduga pun terjadi, sebelum pria itu berjalan semakin menjauh, ternyata Preticia menyusulnya dan berjalan di sampingnya.
"Putra Mahkota Eldrick itu sosok yang angkuh, aku justru malah merasa lebih bahaya jika aku tinggal bersamanya. Aku tak percaya kutukan apalagi yang melekat dalam diri manusia. Jadi tolong bawa aku pergi bersamamu!"
Pada akhirnya sang pria pun menyerah dan membawa Preticia untuk ikut bersamanya.
Selama perjalanan mereka hanya diisi dengan keheningan. Tak ada pembicaraan maupun percakapan yang berarti. Mereka hanya saling diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Preticia juga tak banyak bertanya dan mengeluh, padahal mereka sudah berjalan cukup jauh dari tempat mereka tadi. Hingga hari mulai malam dan mereka masih terus melanjutkan perjalanan mereka.
"Desaku tak jauh lagi dari sini. Kita akan sampai saat langit sudah benar-benar gelap, kau tak keberatan 'kan kalo aku terus melanjutkan perjalanan?"
"Tidak."
"Bagus!"
Meski tubuh Preticia merasa letih, ia tetap menahannya sampai mereka pun akhirnya tiba di desa tempat sang pria tinggal.
"Jadi di sini tempat kau tinggal?" tanya Preticia sambil menatap sekelilingnya. Meski sekarang sudah waktu malam, namun daerah sekitar masih bisa dilihat oleh Preticia berkat cahaya bulan.
Tak ada jawaban yang pasti darinya, tapi sepertinya memang benar di sinilah tempat sang pria tinggal.
Selain cahaya bulan, tak ada penerangan apapun di sini. Semuanya terasa gelap. Selain bagian di depan sana yang diterangi dengan cahaya terang.
"Di sana ada apa?"
"Perkumpulan orang-orang yang mencari kesenangan, semacam pesta."
Preticia mengangguk mengerti dan ia pun tidak bertanya lagi sampai ia tiba di sebuah rumah. Rumah itu terlihat sederhana, berbentuk persegi dengan sisi-sisi yang sama ukurannya.
"Apa ini rumahmu?"
Sang pria mengangguk.
"Kenapa? Sudah mulai merasa takut?"
"Tidak."
"Kalo begitu ayo masuk!"
Jika Preticia boleh jujur, sebenaranya Preticia merasa takut. Dirinya takut dengan kegelapan, takut jika ini adalah pilihan yang salah, takut jika ia berada dalam bahaya. Tapi Preticia melawan ketakutannya itu dan ikut masuk ke dalam gubuk yang merupakan rumah pria yang telah menyelamatkannya. Hal itu di karenakan Preticia merasa terlalu sia-sia jika ia kembali kendati ia sudah berjalan sejauh ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/299003109-288-k398309.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be With You [The End]
Romance[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Semua tidak terjadi di dunia nyata dan hanya bersifat khayalan. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] #mari vote dan komen, wahai kalian yang membaca...