Preticia sakit selama satu minggu.
Selama tiga hari ia mengalami demam dan itu tidak turun-turun. Berbagai macam dokter terbaik di Kerajaan Vantopia telah mereka datangkan untuk menyembuhkan Preticia, namun panasnya tak kunjung turun. Dalam tidurnya Preticia terus menggumamkan nama Lynch, tidurnya pun terlihat tak tenang.
Ketika siang, maka keluarganyalah yang akan menjaganya, terutama Ibunya. Tapi ketika malam, Eldrick yang akan menjaganya.
Meski ia mendapat pertentangan dari semua orang, tapi Eldrick tetap keukeuh untuk menjaga Preticia. Sebab apa yang terjadi kepada Preticia sekarang adalah karenanya dan ia merasa bertanggung jawab untuk itu.
Dengan menaruh kepercayaan bahwa Eldrick tidak akan macam-macam pada Preticia, mereka pun mengizinkannya.
Panas Preticia menurun di hari keempat, namun ia tidak mau makan. Preticia kehilangan nafsu makannya hingga membuat Eldrick lagi-lagi menyesal karena telah membawa Preticia untuk melihat 'neraka dunia'. Selain kondisi fisiknya, mental Preticia pun tidak siap untuk menyaksikan kekelaman itu.
Setiap diberi makan, Preticia pasti akan memuntahkannya.
Sama seperti sekarang.
"Aku tidak ingin makan lagi. Aku lelah Pangeran, muntah terus!"
"Baiklah!" Eldrick menaruh piringnya di atas meja.
"Sekarang sebaiknya kau tidur!"
Preticia menggeleng.
"Aku tidak mau! Setiap aku tidur, aku selalu dihantui dengan bayangan para tahanan itu yang meminta tolong kepadaku." Preticia memeluk lututnya, tubuhnya pun tiba-tiba gemetar.
"Kenapa tidak kau lepaskan saja mereka?" tanya Preticia tanpa diduga.
"Itu tidak mungkin! Itu balasan bagi mereka yang telah berbuat jahat."
"Tidakkah kau ingin memberikan mereka kesempatan kedua untuk berbuat baik? Setiap manusia memiliki kesempatan itu,"
Eldrick tersenyum. "Lebih baik kau tidur saja! Pejamkan matamu dan bayangkan hal-hal yang baik saja."
Air mata Preticia menetes. Ia lagi-lagi teringat dengan Lynch.
Lynch dulu juga pernah menenangkannya dengan kalimat yang sama di saat ia tidak bisa tidur karena merasa ketakutan.
"Kenapa kau menangis?"
"Tidak. Aku ingin tidur!" Preticia berbalik memunggungi Eldrick lalu memejamkan matanya.
Sekuat apapun Preticia mengusir bayangan tentang Lynch, semakin kuat bayangan itu hadir di dalam pikirannya. Ditiap tarikan napasnya, nama Lynch selalu tiba-tiba muncul memenuhi pikirannya. Senyumnya, tawanya, bahkan suara Lynch pun masih mampu Preticia dengar.
Preticia mulai merasa bingung. Padahal sudah satu minggu ia tidak bertemu dengan Lynch, tapi ia selalu saja menjadi pemeran utama dalam pikirannya. Dan kini Preticia sangat merindukan Lynch untuk berada di sampingnya.
Tapi mengapa?
Mengapa Preticia tidak bisa membencinya meskipun ia merasa ingin?
Mengapa tidak bisa ... ?
Tiba-tiba, Preticia merasa dipeluk dari belakang punggungnya. Tangan itu hanya menyentuh bahunya, menghantarkan kehangatan untuk membuktikan bahwa ia tidak sendirian. Di balik rambutnya, Preticia merasakan hembusan napas yang teratur.
Preticia mulai menyembunyikan wajahnya di balik lengkungan siku yang menekuk. Hatinya bergetar sakit menahan gejolak keanehan yang memenuhi dirinya. Ia kerap bertanya-tanya, mengapa sekarang jadi serumit ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be With You [The End]
Romantik[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Semua tidak terjadi di dunia nyata dan hanya bersifat khayalan. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] #mari vote dan komen, wahai kalian yang membaca...