⚠️TRIGGER WARNING⚠️
❗VIOLENCE, HARS WORD❗jika tidak suka dengan adegan tersebut, kalian bisa tidak membaca BAB ini!
Selamat membaca~
🥀🥀🥀
Paman Ham dan kelompoknya adalah orang-orang bajingan yang paling Lynch benci. Mereka suka berjudi, mabuk-mabukkan, algojo paling kejam yang suka menyiksa tahanannya. Bahkan dalam keadaan sudah menjadi mayat sekalipun, mereka kerap menyiksa mayat-mayat itu dengan menyerahkan daging-dagingnya yang sudah dipotong kepada anjing liar. Karena mereka jugalah stigma masyarakat tentang algojo kian memburuk.
Lynch berlari kencang. Ia khawatir terjadi sesuatu pada gadisnya dan Lynch tak bisa membayangkan hal buruk apa yang terjadi pada Preticia. Lagipula bagaimana mungkin mereka pulang sekarang? Bukankah seharusnya mereka masih bekerja? Apapun itu, Lynch menyesali karena ia tak waspada dengan kedatangan mereka.
Lynch sampai di tempat yang di maksud oleh Waren. Tempatnya di pinggir tebing, tempat di mana ia pernah terjatuh bersama dengan Preticia. Ia menoleh ke sekitar dengan panik, memanggil nama Preticia dengan wajah yang pucat.
"Kau di mana?" teriaknya lagi.
"Lynch!" Ia menoleh dengan cepat saat mendengar teriakan Preticia yang memanggil namanya.
Preticia berlari ke arahnya dan berhenti tepat dihadapannya. Dengan napas yang memburu, Preticia memegang lengan Lynch di kedua sisinya.
"Lynch kau—"
Bruukk ...
Belum sempat Preticia menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Lynch mendekapnya dengan erat, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Preticia. Ia takut. Sungguh merasa takut. Tak pernah Lynch merasakan ketakutan yang sebegitu parahnya seperti saat ini.
Ia benar-benar merasa takut suatu hal yang buruk akan terjadi pada gadisnya.
Di tengah kekalutannya, Lynch merasakan usapan lembut di punggungnya.
"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Preticia dengan lembut.
Lynch mengangguk. "Ya. Hanya ketakutan yang tak berarti saja,"
"Kau mengkhawatirkanku? Tapi kenapa? Apa ada sesuatu hal yang akan terjadi?" tanya Preticia dengan beruntun.
"Tak terjadi apapun. Kau tenang saja!" ujarnya.
Dalam pelukan Lynch, Preticia tersenyum tipis. Lalu bergumam. "Syukurlah Lynch kalau kau baik-baik saja,"
Lynch melepaskan pelukan mereka lalu mengamati wajah Preticia dengan lekat. "Bagaimana denganmu? Dan mengapa kau bisa ada di sini?"
"Seseorang bilang padaku bahwa dia melihatmu sedang berada dalam bahaya. Makanya aku langsung kemari," jawab Preticia. "Kau tidak apa-apa, kan?" tanya Preticia lagi.
Lynch tersenyum lembut lalu mencubit pelan pipi Preticia. "Kau mengkhawatirkanku rupanya?"
"Tentu saja! Siapa yang tidak khawatir jika mendengar kekasihnya yang sedang berada dalam bahaya. Aku tak ingin ditinggal secepat itu tahu," Preticia sedikit memanyukan bibirnya sambil menunduk, melihat kaki-kaki mereka yang saling berhadapan.
"Aku senang mendengarnya," jawab Lynch dengan lega. Ia kembali memeluk Preticia dan mengusap pelan rambut belakang kepalanya. "Aku juga mengkhawatirkanmu. Jika sesuatu terjadi padamu, jangan sungkan untuk cerita padaku, ya? Aku tak ingin kau menyembunyikan apapun dariku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be With You [The End]
Любовные романы[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Semua tidak terjadi di dunia nyata dan hanya bersifat khayalan. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] #mari vote dan komen, wahai kalian yang membaca...