BAB XV : Perlukah Aku Berjuang?

207 38 3
                                    

Sementara di Kerajaan Vantopia, masih terjadi kehebohan di sana. Para penduduk mulai membicarakan dan menyebarkan rumor aneh mengenai hilangnya Putri Preticia Sonnata. Pasalnya selama beberapa hari ini tak ada lagi kabar tentang keberadaan Putri Preticia, membuat banyak orang berspekulasi aneh tentang hilangnya seorang putri bangsawan.

Yang paling kalut adalah Putra Mahkota Eldrick, ia kesal terutama pada para prajuritnya. Mencari satu orang gadis saja tidak bisa. Padahal ini sudah berhari-hari tapi pencarian mereka tak kunjung mendapatkan hasil. Eldrick sangat yakin Preticia masih berada di pulau ini karena akses untuk bisa keluar pulau sudah ditutup. Memikirkan di mana keberadaan Preticia saat ini juga membuatnya pusing. Eldrick seperti tak berdaya untuk bisa mendapatkan Preticia, bahkan kekuasaannya pun tak bisa mendatangkan Preticia sekarang juga.

Dan itu membuat moodnya hancur berantakan selama beberapa hari ini.

"Kalian bodoh atau bagaimana? Masa sampai sekarang kalian belum menemukan Preticia juga? Ini sudah tiga hari dan kalian ..."

Eldrick melempar gelas yang ada di meja, menimbulkan kegaduhan yang menjadi pusat perhatian. Kondisi seperti ini seakan sudah menjadi hal yang biasa terlihat selama beberapa hari ini sehingga tidak ada lagi raut keterkejutan ataupun ketakutan di wajah mereka.

"Tapi Pangeran, kita sudah mencarinya ke seluruh Negeri, namun Putri Preticia tidak bisa ditemukan seakan keberadaannya memang tidak ada—"

"KALIANNYA SAJA YANG TIDAK TELITI!" teriak Eldrick marah. Jika sudah seperti ini tak ada yang bisa mengendalikan kemarahan Eldrick bahkan Ibunya sekalipun.

"Eldrick sudahlah, kita 'kan masih berusaha untuk mencari," ujar Ratu Ladyana mencoba menenangkan putranya kembali.

Eldrick berbalik. Wajahnya sangat tidak bersahabat. Sambil berjalan ia berucap dengan dingin, "Aku tak mau tahu, kalian harus membawa Preticia ke istana ini dalam keadaan hidup-hidup!" titahnya yang setelah itu ia menghilang di persimpangan lorong istana.

Para istri-istri Eldrick hanya dapat terdiam dan melihat suaminya pergi. Mereka tak mampu melakukan apapun bahkan hanya untuk sekedar menenangkan hati Eldrick, mereka tidak bisa. Eldrick terlalu menyeramkan untuk didekati. Pernah salah satu istri Eldrick yang ketiga mencoba untuk mendekati Eldrick, tapi perlakuan kasarlah yang ia terima menyebabkan tak ada lagi yang berani mendekati Eldrick sampai sekarang.

Di tempatnya Eldrick mulai merasa frustasi. Ia memasuki kamarnya dan duduk sambil memijit pelipisnya. Kepalanya pusing karena terlampau sering memikirkan Preticia. Eldrick tahu ini sangat tidak wajar. Padahal ia hanya sesaat bertemu dan mengenal Preticia, tapi gadis itu sudah memenuhi pikirannya. Mata yang menatap jahil dirinya saat mereka akan bertunangan tak bisa Eldrick lupakan. Senyum hangat Preticia ketika ia berjalan menujunya masih dapat Eldrick ingat dengan jelas. Senyum yang seperti memiliki aura magis sehingga membuat siapapun yang melihatnya juga ikut tersenyum dan memiliki perasaan untuk melindunginya secara bersamaan.

Eldrick tak berusaha menyangkal bahwa Preticia memiliki aura yang berbeda dari kebanyakan putri bangsawan lain. Ia memiliki visual yang manis sehingga siapapun tak akan bosan untuk terus memandanginya. Karakter Preticia yang tak kenal takut membuat Eldrick semakin tertarik kepadanya.

Eldrick tak bisa membedakan apakah ini hanya obsesinya atau ada perasaan lain yang memang dikhususkan untuk Preticia. Semakin ia menyelaminya, Eldrick semakin yakin apa yang ia rasakan saat ini bukanlah hanya obsesi semata terhadap seorang gadis.

"Perlukan aku berjuang untuk mencarimu, putri liar?" monolog Eldrick yang setelahnya ia berjalan pergi keluar kamar.

Sudah diputuskan bahwa Eldrick sedirilah yang akan mencari Preticia bahkan sampai keujung dunia sekalipun, ia akan terus mencari Preticia sampai ia berhasil mendapatkannya.

I Want To Be With You [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang