BAB X : Jangan Menyusahkan!

231 33 2
                                    

Melalui perdebatan panjang, akhirnya kesepakatan pun telah dibuat. Preticia diizinkan untuk tinggal di sini dengan syarat apapun resikonya, ia akan menanggungnya sendiri dan tidak menyusahkan sang pria dengan Lucien.

Lucien adalah nama dari pria yang menipunya. Baru setelah beberapa lama mereka berdebat Lucien meminta maaf padanya dan mengucapkan kalimat-kalimat menyesal. Namun meski begitu, Preticia masih selalu merasa waspada terhadap Lucien. Mau bagaimanapun ia pernah ditipu dan tak ingin ditipu lagi untuk kedua kalinya.

"Intinya kau jangan sampai menyusahkan!" tegas sang pria yang setelahnya pergi memasuki rumah dan meninggalkan Preticia bersama dengan Lucien.

Preticia menatap sengit Lucien yang tanpa diduga Lucien juga sedang menatapnya. "Apa?" sengit Preticia.

"Ada hubungan apa kau dengan Kakakku?"

"Apa urusannya denganmu?"

"Tidak, aku hanya merasa heran saja. Ini kali pertamanya Kakak membawa seorang gadis ke rumahnya. Apa kau menginap di rumah Kakak?"

"Mengapa kau sangat ingin tahu sekali?"

Lucien sedikit mendekat membuat Preticia memundurkan langkahnya karena merasa waspada, tanpa diduga Lucien berbicara sedikit berbisik kepadanya.

"Kau harus berhati-hati jika tinggal bersama Kakak!"

"Memangnya kenapa?"

"Sebab di lingkungan ini, Kakak itu termasuk orang yang paling dicari—"

"Lucien, di mana kau?"

Seorang wanita paruh baya yang membawa sebatang kayu memanggil nama Lucien di saat Lucien ingin menyampaikan sesuatu yang membuat Preticia sangat penasaran.

"Aduh ... ada Ibu," keluhnya yang setelahnya ia menatap Preticia kembali. "Jangan bilang-bilang pada Ibu jika aku habis ke sini," dan Lucien pun pergi meninggalkan Preticia yang masih berdiri mematung di tempatnya.

"Hei nona, apa kau melihat Lucien?" tanya wanita paruh baya yang memiliki postur tubuh berisi.

Preticia bingung antara menjawab jujur atau bohong, sebab ia terbiasa untuk berkata jujur. Mata wanita itu menuntut agar Preticia segera menjawab pertanyaannya.

"Tadi dia pergi ke arah sana," dan Preticia memilih untuk menjawab dengan jujur.

Wanita itu pergi setelah sebelumnya ia mengucapkan terima kasih kepada Preticia.

Kini Preticia melamun di tempatnya. Ada setitik keraguan di dalam hatinya dengan keputusannya saat ini, haruskah ia menetap di sini atau tidak? Mengingat tempat yang akan ia tinggali sekarang ini adalah kawasan keluarga algojo.

Tidak. Bukan karena Preticia takut dengan kutukan yang sering digadang-gadang oleh para penduduk kota, melainkan karena di sini tempatnya para penjahat bersemayam.

Ada perasaan takut di hati Preticia saat ia melihat Ibu Lucien tadi, perawakannya sangat kasar bahkan nada bicaranya sangat tinggi membuat Preticia merasa tidak nyaman.

Para wanita bangsawan tutur katanya sangat lembut, nada bicaranya juga halus dan selalu memasang wajah tersenyum. Hal itulah yang membuat Preticia merasa tak nyaman saat mendengar nada bicara dari Ibu Lucien tadi.

Hal yang paling mengejutkan pun terjadi di depan mata Preticia.

"Aduuhh Ibu ... sakit!"

"Sudah berapa kali Ibu bilang untuk jangan memakan makanan yang ada di atas meja, mengapa kaususah sekali dibilangi sih?"

"Aduhh ... maaf Ibu, aku sangat lapar tadi."

"Kau tahu 'kan kalau itu makanan untuk Pamanmu? Dan sekarang kau telah memakannya, tidakkah kaupikirkan apa yang akan di makan oleh, Pamanmu?"

I Want To Be With You [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang