Pagi sekali Sooya sudah repot karena Haza demam dan bertingkah seperti anak kecil. Bahkan Sooya tidak boleh pergi ke Rumah sakit.
"Aku suntik penurun demam ya?" Bujuk Sooya sekuat tenaga.
Haza menggelengkan kepalanya lalu menyelimuti badannya dari kaki hingga kepala dan memunggungi Sooya.
Sooya menghela napas pelan. "Kalo udah disuntik cepet turun demamnya, aku bisa ke Rumah sakit."
"Tidak mau."
"Pak Haza... Ayo dong, nggak sakit kok disuntiknya, nanti aku suntiknya pelan-pelan ayo cepetan." Ucap Sooya lagi masih berusaha.
Haza membuka selimutnya lalu menatap Sooya marah. "Saya bilang apa tadi? Kalau tidak mau ya tidak mau!"
"Ya tapi demamnya lambat turun-nya!"
"Terus?"
"Ya aku mau ke Rumah sakit!"
"Sana." Haza segera memunggungi Sooya lagi dengan perasaan kesal.
Sooya menatap Haza yang tengah berbaring memunggunginya. Bukannya takut, Sooya merasa itu menggemaskan.
Sooya akhirnya mempunyai ide! Dengan segera Sooya menyiapkan suntikkan untuk Haza dan akan melaksanakan cara pertama. Semoga berhasil...
"Pak, marah?" Tanya Sooya sambil menyentuh lengan Haza.
Dengan gerakan kilat Sooya menggulung baju lengan pendek dan segera menyuntikkan penurun demam kelengan Haza. Rasanya legah sekali!
Haza nge-freeze sesaat lalu setelah sadar bersiap akan marah namun...
"Sakit nggak aku tanya? Nggak kan? Badan L man mental cemen!" Ledek Sooya menjulurkan lidahnya.
Haza hanya diam lalu kembali tidur memunggungi Sooya membuat Sooya kali ini beneran takut karena sepertinya Bapak-Bapak itu benera marah.
"Pak? Kok munggungin aku terus? Pergi ke Rumah sakit nggak boleh tapi disini dianggep angin kali ya." Gerutu Sooya.
"Ya, sana."
"Ih beneran?"
"Ya."
"Kaya nggak ikhlas gitu, jangan kaya lagi pidato Tentara dong bicaranya..."
Haza kembali diam membuat Sooya menjadi capek sendiri melihat tingkah Haza yang benar-benar seperti anak kecil.
"Nanti jam setengah dua belas minta makan ke Bi Vivi ya lalu minta tolong ambilkan paracetamol ke Bi Vivi. Kalo semisal kambuh lagi demamnya minta kompres ke Bi Vivi ya." Ucap Sooya sambil mengemas barang-barang medisnya.
Haza tidak menjawab, melihat Sooya pun enggan.
"Pak? Aku berangkat ya?"
Haza membuka selimutnya hanya menunjukkan kepalanya, Haza menatap Sooya lalu memutar bola matanya malas dan kembali menutupi kepalanya dengan selimut.
Sooya terkejut. Wah... Bisa-bisanya Bapak-bapak itu...
"Pak astaga ngapain tadi muter-muter bola mata hm?" Tanya Sooya sambil duduk disamping Haza.
"Sana pergi."
Sooya mengulum senyumnya. Haza jika sakit benar-benar seperti anak kecil. Lebih manja daripada Xavier!
"Iya jangan manja sama Bi Vivi ya! Maaf banget aku soalnya ada jadwal operasi hari ini." Ucap Sooya bersiap pergi.
*****
"KAN GUE BILANG APA SOOYA APA?!" Jennie sedari tadi terus memarahi Sooya karena dugaannya benar Haza akan sering menyewa cewek di Sxbf.
Sooya menutup telinganya yang berdengung. "Yaudah sih gapapa."

YOU ARE READING
My Doctor
RomanceSeorang Dokter anak yang selalu merawat anak dari pemilik salah satu brand ternama. Sang Dokter selalu menemani dan memeriksa sang anak setiap minggunya, sampai suatu hari sang anak menderita penyakit Lupus eritematosus sistemik. Apa yang akan terj...