18. Spoiled

1.2K 284 53
                                    

Hujan dimalam hari memang sangat menghangatkan walau dingin, dan tenang walau berisik.

Sooya duduk diam di balkon kamar. Memandang hujan yang semakin lama semakin deras, menemani kesendirian Sooya dan kesepian Sooya.

Sooya tidak munafik, ia selalu merasakan lelah setiap hari. Ia harus beradaptasi dengan mengurus anak setiap hari, dengan mendadak dan ia juga masih perlu belajar.

Apalagi, ia harus belajar mencintai orang yang bahkan orang tersebut tidak belajar mencintai-nya.

"Aku kemarin mimpi dicintai Pak Haza, aku sadar bahwa memang dicintai Pak Haza hanya mimpi."

Sooya tertawa pelan lalu setelah puas tertawa ia menunduk, menenggelamkan kepalanya ditumpukkan tangannya. Meluapkan lelah, kecewa, sedih dan lainnya.

*****

Sooya menjalankan pekerjaan-nya sebagai Dokter anak seperti biasa. Ia harus merayu anak-anak agar mau diobati ataupun di suntik. Melelahkan namun menyenangkan.

Hari sudah siang, saat-nya mereka makan siang seperti biasa. Namun barusaja ke enam Dokter itu ingin ke kantin, salah satu suster menghampiri Sooya.

"Dokter, ada Pak Haza di ruangan tujuh puluh empat."

"Ya, lalu kenapa Sus?" Tanya Sooya.

"Em anu Dok, dia mau-nya di tangani sama Dokter Sooya. Katanya kalau nggak dituruti, ia bisa saja bakar Rumah sakit ini sekarang juga." Jelas sang Suster membuat Sooya, Lisa, Jennie, Rosie, Haidar dan Travi menggeleng tak percaya.

Haidar berkacak pinggang. "Lo tabah Soo? Sumpah kalo mau ke pengadilan agama sekarang juga gue siap sewa Hotman Paris buat lo."

"Kok bisa jadi manja gitu? Bukannya kalian belum saling cinta?" Tanya Rosie.

"Atas dasar apa lo ngomong begitu Rosie? Emangnya lo mantau mereka tiap malem dikamar mereka hah? Bisa jadi ada kejadian yang tak terduga." Sahut Lisa.

Sooya menghembuskan napas jengah. "Saya Dokter anak Sus, memangnya dia anak-anak?"

"Kalau saya bilang begitu ke beliau, saya takut di turunkan jabatan Dok."

"Huft oke-oke. Yaudah kalian duluan aja." Ucap Sooya pada ke-lima temannya.

*****

Sooya sudah berkacak pinggang sewaktu masuk kedalam ruangan VVIP yang bernomor tujuh puluh empat. Sementara didalam ruangan ada Haza dan Suho sang manager.

"Pak!" Teriak Sooya membuat Suho terkejut.

"Ya?"

"Umur Bapak berapa saya tanya? Bapak sudah masuk lansia ini harusnya, bukan malah pengen di tangani Dokter anak-anak." Omel Sooya.

"Tinggal obatin apa susahnya?"

Sooya menghentakkan kakinya kesal lalu dengan pasrah mengambil peralatan medis dilaci khusus sebelah kasur pasien.

Sooya kesal karena jam makan siangnya terganggu!

"Memangnya Bapak ada keluhan apa?"

Haza berdehem lalu mengangkat-angkat alisnya memberi kode ke Sooya bahwa disini ada Suho, tidak usah memanggil dengan sebutan 'Bapak'.

"Pak saya nany--"

"--Mau suntik vitamin Sayang."

Mata Sooya melotot hampir keluar dari tempatnya. What the hell? Sayang? Tidakkah ini mimpi semata?

Suho merapatkan bibirnya. Sepertinya ia mengganggu waktu Bos-nya. "Ehkm, Pak, Bu, saya izin nunggu diluar ya. Mau cari angin segar."

"Kan ada AC." Jawab Sooya enteng.

My DoctorDonde viven las historias. Descúbrelo ahora