26. Xavi Knows

1K 260 65
                                    

Pagi-pagi, Sooya kembali ke Ruangan yang ditempati Xavier dengan beberapa surat ditangannya. Sooya juga memasang senyum bahagia-nya.

"Halo anak Bunda. Gimana tidurnya? Nyenyak? Mimpi buruk?" Tanya Sooya ketika masuk kedalam Ruangan.

Dara, Horald dan Zize tidak menginap tentunya, hanya Sooya dan Haza saja yang menemani Xavier.

Xavier mengangguk sambil mengacungkan jempolnya. "Semuanya oke."

Haza mendekati Sooya lalu menatap Sooya bertanya-tanya. Apa hasil yang akan diterima Xavier hari ini. Karena Xavier terus saja meminta untuk pulang.

"We will go home!"

"YEAY!"

Xavier tertawa kesenangan. Ia sangat senang tidak akan merasakan masakan Rumah sakit yang membosankan dan tidak ada rasa. Bau khas Rumah sakit juga Xavier tidak suka.

Haza mengusap rambut Xavier. "Happy?"

"Of course!"

"Xavi, kamu kenapa kena sinar matahari? Bukankah Bunda sudah bilang jangan kena sinar matahari apalagi siang hari?" Tanya Sooya lembut.

Xavier menatap Sooya kesal. "Memang kenapa Bunda? Xavi juga pengen kayak orang lain. Bunda selalu bilang kalau Xavi nggak boleh kena sinar matahari biar tetep ganteng, Bunda mikirnya Xavi masih bisa ya dibohongin dengan alasan kayak gitu? Xavi tahu Xavi beda dari yang lain Bunda!"

Xavi menarik nafasnya dalam-dalam. Tangan mungilnya mengusap air matanya yang telah jatuh.

"Xavi sebenarnya kenapa?" Tanya Xavier.

Haza memegang lengan Sooya menenangkan emosi Sooya.

Sooya memegang pipi Xavier. "Xavi, kamu bukan beda dari yang lain, kamu istimewa sayang."

"Selalu alasan begitu! Istimewa karena apa?! Karena Xavi punya penyakit kulit memerah kaya tadi? Itu namanya istimewa? Iyakah Bunda?!" Teriak Xavier meluapkan emosinya.

"Xavier." Ucap Haza.

Sooya menatap kearah langit-langit, menahan air matanya agar tidak jatuh. Sooya ingin marah tapi mau menyalahkan siapa? Seperti yang Dara bilang. Ini memang sudah takdir. Mau menyalahkan Tuhan pun tidak bisa.

"Xavi... I'm sorry." Ucap Sooya.

Haza mengelus bahu Xavier. "Say sorry."

"Maaf Bunda, Xavi cuma marah sama situasi-nya, bukan sama Bunda-nya. Xavi cuma pengen tahu aja kenapa Xavi kayak gini. Nggak apa-apa Bunda, kalau Xavi kenapapun bilang aja, Xavi bakal coba accept hal itu."

Sooya memeluk Xavier erat sambil menangis. "Xavi jangan bilang begitu, Xavi nggak kenapa-kenapa, Xavi sama kayak yang lainnya."

"Tapi kalo konsumsi Kortikosteroid terus-terusan Lupus Xavi bakal sembuh tapi tulang sumsum belakang Xavi bakal rusak Bunda!" Ucap Xavier.

Sooya dan Haza langsung diam. Hening. Sooya kelu, Hazapun tidak tahu harus berkata apa. Mereka seakan punya pemikiran sama, ingin bertanya 'Xavier tahu dari siapa?'

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Haza. "Iya anak Daddy nggak akan kenapa-kenapa, temen Spiderman kan nggak mellow."

Haza memeluk Xavier dan Sooya hanya bisa menangis menyaksikan ini semua.

Sooya menatap Xavier, mencoba berani menatap anak-nya. "Xavi dengerin Bunda ya? Semuanya bakal baik-baik aja. Xavi bakal baik-baik aja, okay?"

"Iya Bunda semua akan baik-baik aja. Xavi cuma marah aja sedikit sama Bunda sama Daddy kenapa harus bohongin Xavi hanya karena Lupus sih? Padahalmah alah... Lupus doang cemen."

My DoctorWhere stories live. Discover now