Sooya duduk diayunan disamping Rumahnya. Rumah masa kecilnya. Dulu, sewaktu kecil ia duduk diayunan ini ketika ngambek sama Bobby ataupun ketika marah kepada Ayahnya karena tidak dituruti bermain timezone.
Namun sekarang, Sooya duduk disini karena marah pada dirinya sendiri. Sebenarnya ia merasa egois pergi begitu saja. Namun Sooya hanya perlu memberi ruang untuk dirinya sendiri. Beristirahat dan berdamai dengan dirinya sendiri.
Terlalu muda untuk terlalu sakit.
Sooya hanya ingin menikmati masa mudanya namun masa mudanya sudah mempunyai suami dan anak. Itupun secara mendadak dan bukan karena sudah siap.
Entah, melihat senyum Xavier membuatnya mau merelakan alur hidupnya yang sudah ia susun rapi.
Lagu Strawberries & Ciggaretess milik Troye Sivan menemani Sooya sore ini. Udara Bandung disore hari tidak ada duanya!
Sooya tiba-tiba teringat suasana Rumah. Menonton drakor bersama Bi Vivi, Mbak Feni, menyaksikan Xavier dan Haza bertengkar karena permasalah kecil, cerita hal random bersama Xavier dan melihat Haza ngambek.
Jujur, Sooya rindu pada Haza. Benar kata Ayahnya, sebenci-bencinya, tidak akan mengalahkan secinta-cintanya.
"Sooya!"
Sooya menoleh, Tesa berlarian menuju Sooya dengan wajah panik dan lengan gemetar. Handphone-nya bahkan masih menampilkan telepon seseorang.
"Xavier!" Ucap Tesa.
Sooya membelakakkan matanya. Sooya tahu kalau sudah membawa nama Xavier artinya anak itu tidak baik-baik saja.
Sooya memegang lengan Tesa. "Sooya ke Jakarta."
*****
Haza, Horald, Dara dan Zize berada diluar Ruangan dengan wajah panik. Mereka menunggu kabar, entah baik atau buruk. Tentunya mereka sangat takut, kulit Xavier merah seperti udang.
"Maaf, ini salah Haza."
Horald hanya diam. Horald marah, jujur. Namun lebih baik diam, marah-marah juga tidak akan bisa membalikkan keadaan.
Zize berdecak. Zize sangat kesal sungguh! "Sudah berapa kali Kak Sooya bilang jangan bawa Xavier terkena sinar matahari. Tapi apa? Lo bawa dia memancing? Nggak bener otak lo!"
"Zize." Ucap Horald lalu menarik lengan Zize mundur dari hadapan Haza.
Dara memegang lengan Haza lalu tersenyum. "You are a great father! Sempat mengajak Xavi memancing ditengah kesibukan kamu dan permasalahan kamu itu hal yang hebat! Xavier pasti senang bisa memancing bersama Daddy-nya."
Haza tersenyum. Dara selalu bisa menenangkan setiap keadaan. Persis sama seperti anaknya. Ah Haza jadi rindu Xavier padahal Xavier ada di Ruangan dihadapannya....
Sedang berjuang mati-matian.
Suara derap langkah dari arah lorong Rumah sakit terdengar. Dokter wanita dengan ekspresi gusar serta pandangan gelisahnya. Ya, Sooya.
Sooya tersenyum sambil menunduk dihadapan keluarga Haza lalu segera masuk kedalam Ruangan tanpa basa-basi. Ia harus segera bertemu Spidermannya.
Cklek...
Mata Sooya memanas ketika banyaknya jarum dan alat yang dipasangkan ditubuh Xavier. Melihat matanya yang tertutup, Sooya menjadi takut, takut segera dipertemukan dengan tertutupnya mata Xavier selamanya.
Menyingkirkan emosinya, Sooya menghampiri Travi dan Viola yang sedang menangani Xavier bersama para Suster. Mereka sama paniknya seperti Sooya.
"Keadaannya semakin melemah." Ucap Viola angkat tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Doctor
RomansaSeorang Dokter anak yang selalu merawat anak dari pemilik salah satu brand ternama. Sang Dokter selalu menemani dan memeriksa sang anak setiap minggunya, sampai suatu hari sang anak menderita penyakit Lupus eritematosus sistemik. Apa yang akan terj...