Hari ini Xavier akan melakukan terapi laser untuk kedua kalinya. Namun Xavier sangat ceria, karena kata Xavier, Xavier sudah tahu rasanya, jadi tidak takut lagi pada terapi laser.
Haza menghela napasnya ketika melihat jadwal-jadwal dirinya yang mengharuskan untuk ke Luar Negeri. Haza juga tidak mungkin bisa meninggalkan Xavier.
Luca ikut menghela napas. "Gue nggak punya solusi sumpah, kecuali batalkan semua pembukaan cabang di Luar Negeri ataupun batalkan meng-upgrade pembangunan."
Haza hanya menaikkan kedua alisnya. Ia juga sedang sangat bingung.
"Menurut gue ya satu-satunya cara batalkan semuanya. Mungkin bingung, tapi lebih bingung ketika lo di Luar Negeri dan Xavier disini kritis." Saran Luca.
"Oke." Haza bangun dari duduknya lalu mengambil jas-nya. "Batalkan semuanya, awasi keadaan kantor hari ini, saya ke Rumah sakit dulu." Lanjut Haza sebelum pergi.
Luca mengangguk lalu membungkuk. "Semoga Xavier cepat sembuh! Bilangin kalo sembuh diajak ke Amerika ketemu pemain Spiderman sama Om Luca."
Haza hanya terkekeh mendengarnya lalu segera keluar dari Ruangan khusus-nya.
*****
Sooya tersenyum manis ketika Xavier memasang wajah tengilnya. Sekarang Xavier menunggu untuk dibius, namun sebelum itu, Sooya mengajak Xavier mengobrol dahulu agar Xavier merasa rilex.
"Kok nggak dibius-bius sih? Padahal nggak dibius juga Xavi kuat loh." Ucap Xavier dengan bangga-nya.
Sooya terkekeh. "Really? Nggak perlu nonton Spiderman kamu sebenarnya sudah jadi Spiderman untuk diri kamu sendiri Xavi."
"Xavi sudah sadar sih."
Sooya kembali dibuat tertawa karena tingkah laku Xavier. "Kangen matcha nggak kamu Xav?"
"Kenapa?"
"Kalo terapi laser-nya lancar, Bunda akan buatin cake matcha untuk Xavi. Special cake-nya rasa matcha pake toping lemon."
Xavier bersedekap dada. "Ogah ya! Lemon itu musuh Xavi Bun."
"Bercanda... Iya nanti Bunda bikinin dengan rasa yang sangat enak!"
"Janji ya!"
"Kamu yang harus janji."
Xavier menyodorkan lengannya dengan wajah tengil. "Bius ayo."
Sooya menatap Travi dan para suster sambil mengangguk mengisyaratkan agar terapi laser segera dilakukan. Ruanganpun berubah menjadi gelap, hanya ada cahaya yang tertuju pada badan mungil Xavier.
"You can." Bisik Sooya sebelum benar-benar melakukan terapi laser.
*****
Tesa dan Darka memutuskan untuk menjenguk cucu sambungnya. Mereka datang membawa banyak sekali buah lemon. Jangan salahkan mereka, ini semua perintah Bobby.
"Bu Dara..." Tesa dari jauh sudah merentangkan tangannya untuk memeluk sang Besan.
Sementara Darka dan Horald sudah bersalaman sambil mengadukan dada bidang mereka. Seperti anak muda saja.
"Gimana Xavier?" Tanya Darka.
Horald bersedekap dada. "Cucu saya pasti keluar Ruangan dengan sehatlah. Kakek-nya siapa dulu?"
"Waduh-waduh... Cucu saya juga dong.." Darka dan Horald tertawa ringan.
Dara dan Tesa duduk bersampingan sekarang. Biasalah Nenek-Nenek, gampang emosional. Mereka berdua sudah menangis tersedu bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Doctor
RomansaSeorang Dokter anak yang selalu merawat anak dari pemilik salah satu brand ternama. Sang Dokter selalu menemani dan memeriksa sang anak setiap minggunya, sampai suatu hari sang anak menderita penyakit Lupus eritematosus sistemik. Apa yang akan terj...