39. I first

1.1K 221 59
                                    

Setelah Sooya mengangguk, Horald dan Dara memasuki ruangan. Mereka berdua bingung kenapa Sooya, Xavier dan Haza memasang wajah tak enak, biasanya selalu ceria jika Xavier sudah siuman.

"Titip Xavi, Haza sama Sooya mau bicara." Ucap Haza yang langsung menarik lengan Sooya, membawanya keluar dari Ruangan Xavier.

Sementara Horald dan Dara saling tatap seakan menanyakan satu sama lain ada apa diantara Haza dan Sooya.

Horald membuang pikiran anehnya lalu menghampiri Xavier. "Cie udah sadar cie."

Xavier tertawa lalu bersedekap dada. "Iya dong! Gila kuat banget gue bro!"

Horald dan Xavier tertawa bersama sementara Dara hanya menggelengkan kepalanya, sudah tidak aneh dengan tingkah Kakek dan Cucu itu.

*****

Sooya sekarang tengah takut karena Haza membawa mobil dengan sangat kencang. Tadi Haza memaksa Sooya untuk menaiki mobilnya, entah mau dibawa kemana.

Menatap Haza, Sooya mengurungkan niatnya untuk bertanya ia akan dibawa kemana, karena Haza terlihat sangat marah sekarang. Wajahnya memerah.

"Jangan ngebut. Marahnya kamu membahayakan orang lain." Ucap Sooya akhirnya berani.

Haza mengganti gigi mobil membuat laju mobil semakin kencang. Haza menginjak pedal gas dengan emosi penuh, sampai kecepatan mobil mencapai 150KM/jam.

Sooya menghela napas, mau bicara bagaimanapun tidak akan didengar.

*****

Apartemen Royal Graha.

Haza memberhentikkan mobilnya tepat diparkiran Apartemen Royal Graha.

Haza menatap Sooya. "Turun."

Setelah mengatakan itu, Haza keluar dari mobil dan menunggu Sooya keluar dari mobil. Lihat? Tidak romantis kan pemirsa? Bukain pintunya!!!!!! Ya... Memang jika semen tiga roda tetaplah semen tiga roda.

Sooya berdehem lalu ikut keluar dari mobil. Setelah Sooya keluar, Haza menggenggam lengan Sooya namun Sooya menepisnya. Sooya mundur beberapa langkah mengukur jarak antaranya dan Haza.

"Soo...."

Sooya mengalihkan pandangannya, pura-pura tidak dengar.

Haza mengela napas. "Ikutin saya."

*****

KENAPA LO NURUT AJA?!

Itulah kata-kata yang sedari tadi berputar dikepala Sooya. Kenapa ia mau-mau saja menuruti Haza untuk mengikutinya? Bahkan sekarang mereka sudah berdiri didepan Apartemen nomor 196.

Haza memasukkan sandi-nya lalu pintu terbuka lebar. Haza sudah masuk kedalam sementara Sooya masih berdiri didepan pintu sambil bersedekap dada.

Haza putar balik menghampiri Sooya. "Kenapa nggak masuk?"

Sooya menggeleng.

"Kenapa?"

"Apartemen siapa? Takut disangka maling."

Rasanya ingin tersenyum karena gemas kepada Sooya namun Haza masih marah. Tahan....

"Apartemen saya."

"Bohong banget?"

Haza berdecak pelan. "Kalo bukan Apartemen saya kenapa saya bisa tau kata sandinya?"

"Ya siapa tau Apartemen pacarnya Mas Haza, makanya bisa tau."

"Sooya."

Sooya masuk kedalam sambil terus bersedekap dada melewati Haza begitu saja. Jual mahal Bos!

My DoctorWhere stories live. Discover now