27. Saya suka kamu

1K 264 81
                                    

Pagi ini kerjaan Haza lumayan longgar. Devan dan Suho sudah terbang ke Luar Negeri untuk mengurus semua-nya. Zize juga besok berangkat ke Bali. Semuanya sangat lancar.

Tinggal-lah Jidane dan Luca yang tersisa menemani-nya. Mereka rencana-nya akan melaksanakan makan siang bersama sambil mengobrol santai.

Dan ya, mereka bertiga sudah berada disalah satu Restauran. Keadaan-nya lumayan sepi karena termasuk Restauran mahal dan hanya orang-orang tertentu.

Luca berdecak kesal. "Gue masih nggak ikhlas ya Bos lo nggak milih gue buat diterbangin ke Miami sama New Zealand. Devan sama Suho sekarang ngapain ya? Sudah nemuin cewek cantik kah?"

"Ya." Jawab Haza malas.

"Ah elah padahal ini kesempatan gue biar nggak jomblo lagi! Gue rebut aja deh istri lo Pak."

"Akses dari Kantor kembalikan."

Luca menyengir takut. "Langsung serius bae si Bapak, becanda kali Pak, relax Pak relax."

Luca menoleh kearah Jidane. Lelaki itu sedari tadi diam saja. Tidak menyahuti lawakan dan centilnya Luca. Bahkan untuk ikut tertawa pun susah.

"Kenapa lo?" Tanya Luca mencolek Jidane.

Haza ikut menoleh kearah Jidane yang sedari tadi memasang wajah kusut. "Kenapa Jidane?"

"HUAAAAAAAAAAAAAA!"

Tangis Jidane pecah saat itu juga. Ia berteriak keras sampai beberapa yang ada di Restauran menoleh karena kaget dan takut Jidane kesurupan.

Luca segera membekap mulut Jidane yang mangap. "Diem bangke ah lo gila setan bajingan malu bego astaga ini anak minta gue lempar ke panti asuhan."

Sementara Haza mengusap wajahnya pasrah. Tidak bisa dideskripsikan seberapa menyesal Haza menerima Jidane dan Luca sebagai partner kerja-nya.

"Gue ditinggal... HUAAAAAAAA!"

"BANGSAT JIDANE DIEM BEGO ALLAHUAKBAR TAKBIR!" Teriak Luca.

Mata Haza menatap marah kearah Luca dan Jidane. "Diem atau akses dari Kantor saya berhentiin semua?"

Luca segera membekap Jidane dan dirinya segera diam menunduk menghadap Haza.

"Gue ditinggal Rosie HU-"

Barusaja Jidane akan berteriak, Luca sudah menggeplak kepala Jidane. "Diem lo setan. Mau ke Kantor naik odong-odong? Nggak kan? Porsche lo mau tetap aman kan? Diem."

Jidane menghela napas panjang lalu mengeluarkan sebatang rokok dari saku-nya dan mulai menghisap rokok tersebut.

"Kalau ada masalah selesaikan, jangan lampiasin ke hal berbahaya." Ucap Haza.

"Pffft..." Luca menahan tawanya sekuat mungkin. Padahal Haza juga sama saja seperti Jidane. Lebih parah malah.

Jidane berdecak pelan. "Masih ngerokok gue, belum menyewa cewek."

Mata Haza memincing. Ia sadar ia disindir disini. Ia kan hanya ingin menyadarkan Jidane, soal menyadarkan diri sendirimah kapan-kapan.

"Gitu emang. Udah insaf dia, diberi obat kadaluarsa kali sama Bu Bos makanya betot." Celetuk Luca.

Betot (Berubah Total)

Haza menepuk pundak Jidane. "Suruh siapa sana sini coblos? Ditinggal baru kayak orang edan."

"Amin." Luca menyahuti.

"Makanya, pikirkan kedepannya, jangan berpikiran buntu. Kalau sudah ditinggal, susah balik lagi." Tambah Haza.

My DoctorDonde viven las historias. Descúbrelo ahora