PROLOG

3.5K 290 9
                                    

Dr. Sooya Zon Juana  terpampang jelas di pintu ruangan tempat Sooya berada. Suasana tenang dan penciuman dipenuhi obat-obatan sudah jadi keseharian bagi Sooya.

"Dokter!"

Sooya menoleh, Xavier! Pasien istimewa Sooya yang sangat Sooya sayangi tentunya.

Sooya merentangkan tangannya yang langsung dipeluk oleh Xavier. "Xavi tidak ada keluhan hari ini? Everything's is good? Hm?"

"Of course, i'm good i'm healthy!"

Sooya menggandeng tangan mungil Xavier, mengajaknya keruangan pemeriksaan.

"Gimana hari-hari kamu seminggu ini? Baik? Ada yang seru? Ada yang sedih?" Tanya Sooya.

Xavier mengangguk antusias. "Seru! Disekolah Xavi ada pertunjukan seni, Xavi menyanyi dan memainkan piano kecil. Xavi bisa Dokter!"

"Oh ya? Hebat banget kesayangan Dokter? Sekarang suntik vitamin supaya makin hebat ya? Soon main piano bareng sama Dokter."

Xavier tersenyum cerah lalu mengangguk.

*****

"Sakit nggak?"

Sooya mengusap kapas ke bekas suntikan dilengan Xavier. Anak itu tidak menangis, meringis pun tidak.

Xavier menggeleng. "Nggak! Kata Daddy kalo Xavi sekarang nggak rewel pas disuntik, Daddy mau ngajak Xavi main."

"Oh ya? Wah have fun ya!"

"Daddy juga sebentar lagi mau jemput Xavi ke Rumah sakit ini."

Sooya sedikit terkejut. Selama dua tahun Xavier menjadi pasien-nya, Sooya sekalipun tak pernah melihat Haza sang Daddy dari Xavier. Sooya hanya melihat di sosial media dan beberapa Billboard saja.

"Serius? Wah suatu kehormatan Dokter nih bisa bertemu Daddy kamu." Canda Sooya terkekeh kecil.

"Ya, kalau dia menyebalkan maklumi ya Dokter."

Sooya mengernyit. Menyebalkan? Ah memangnya iya? Yang ia lihat di portal berita Haza Lim Mayer adalah seseorang yang bijaksana, tegas dan menyeramkan.

"Menyebalkan bagaimana Xavi?"

Xavier bersedekap dada lalu bergidik membayangkan Daddy-nya. "Daddy itu nyebelin-nya ketika bertemu orang dan mengobrol dengan orang tidak pernah tersenyum, itu tidak sopan kan Dokter? Bahkan di Rumah pun hanya sekali dua kali tuh dia senyum."

Sooya menghela napas, yang ia lihat di sosial media juga seperti itu sih.

"Oke, Dokter akan mencairkan suasana agar dia tidak menyebalkan ya?"

Cklek...

"Permisi," ucap Feni sang Baby Sitter.

Sooya menoleh. "Iya kenapa Feni?"

"Anu Dok, Pak Haza datang menjemput Xavi."

Sooya mengelus rambut Xavi lalu tersenyum. "Ayo mau diantar ke Daddy sama Dokter? Sekalian mau lihat Daddy kamu yang katanya menyebalkan itu."

"Ayo!"

*****

Lelaki dengan jas brown dan celana hitam itu tengah bersedekap dada menunggu sang anak semata wayang keluar dari Ruangannya.

"Hai Dad!"

Haza menoleh. "Hallo."

Sooya tersenyum canggung lalu membungkuk sebentar untuk menghormati.

"Hallo Pak Haza, Xavier sudah disuntikan vitamin seperti biasa. Tidak ada keluhan dan psikologis Xavier sangat baik." Ucap Sooya ramah.

"Ya."

Tersenyum namun lengan mengepal. Itulah yang dilakukan Sooya sekarang. Benar kata anaknya, Daddy-nya memang menyebalkan!

Xavier menyenggol lengan Haza. "Dad, dia Dokter yang Xavi ceritakan, dia baik dan dia cantik."

Haza mengangguk paham. "Terimakasih telah menjaga kesehatan anak saya. Saya permisi. Ayo Xav."

Sooya tersenyum tulus. "Silahkan Pak, senang bertemu dengan anda."

Xavier, Haza beserta Feni meninggalkan Sooya dilorong Rumah sakit.

Sebelum benar-benar hilang dari pandangan Sooya, Xavier menoleh ke arah Sooya lalu menunjuk Daddy-nya dan memiringkan jari telunjuk di dahinya memberi kode.

"Dia memang nyebelin!" Ucap Xavier tanpa suara.

Sooya tertawa pelan lalu menacungkan jempol ke bawah. Sooya dan Xavierpun tertawa atas hal yang mereka lakukan dibelakang Haza.

•••••

My DoctorWhere stories live. Discover now