Sooya duduk dikasur sambil meminum americano buatan Haza. Sewaktu pagi Sooya bangun, ia duduk namun ketika ia turun dari ranjang rasanya tidak enak. Haza terbangun dan mengerti Sooya kenapa segera menyuruh Sooya diam saja disana.
Sooya menatap Haza yang juga tengah menatapnya lalu mereka tertawa pelan. Entah apa yang ada dipikiran mereka.
"Janji nggak kabur ke Bandung lagi?"
Sooya terkekeh pelan. "Ya asal Mas Haza nggak usah macam-macam."
Haza meletakkan kopi yang dibuatnya lalu memeluk Sooya dari belakang. For real, Haza sekarang punya hobi baru yaitu memeluk Sooya dari belakang sambil menggesekkan kepalanya di ceruk leher Sooya.
"Saya nggak pernah nyesel menikah dengan kamu Sooya." Ucap Haza pelan.
"Uhm..."
"Pindah Rumah sakit mau?"
Sooya sontak membalikkan badannya. "Mas kamu bercanda ya?"
"Tidak."
"Jelas-jelas Rumah sakit punya Ayah aku? Kenapa aku harus pindah Rumah sakit?"
"Ada Travi."
Sooya mengulum bibirnya, berusaha untuk tidak tersenyum.
Tidak tahan lagi, Sooya mencubit pipi Haza saking gemasnya membuat sang empu mengeluh dan memeluk Sooya dari depan.
"Aku dan Travi teman."
"Teman apa suap-suapan?"
"Itu ide Travi. Dia mau bikin kamu cemburu katanya."
"Cih, nggak cemburu juga."
"Nyeh."
Haza tertawa lalu mencium Sooya dengan gerakan cepat membuat Sooya kembali tergelak karena merasa geli.
Sooya meniup rambut Haza. "Jadi kita baikan?"
"Iya tentu saja. I love you."
"Iya."
"I say i love you?"
"Iya aku denger."
"You don't want to reply to my words?"
"Uhm.."
"Kamu kena hukuman!"
"WAAAAA!"
Haza memeluk Sooya lalu mengangkatnya, setelah itu Haza memutar-mutar badan Sooya takut sekaligus tertawa.
"I love you in every universe."
*****
Hari ini Xavier dibolehkan untuk dibawa jalan-jalan, Zize membawa Xavier untuk jajan cilok kesukaan mereka. Sebenarnya bukan rasa senang yang dirasakan Zize, namun rasa takut, takut ini tidak bisa terulang lagi.
"Lo seneng Cil?" Tanya Zize menatap Xavier yang sedang duduk dikursi tunggu.
"Apa sih lo sebut-sebut gue Bocil? Gue bukan bocil. Gue udah bujangan ya."
Zize tergelak lalu mencium Xavier namun Xavier menjauhkan pipinya dari Zize. "Sori, gue bujangan dan gue sama lo bukan muhrim."
"Gue tonjok juga lo."
Xavier akhirnya tertawa bersama Zize. Zize mengguyel-guyel pipi Xavier saking gemasnya.
"Xav, lo jujur aja sama gue, lo ngerasain sakit nggak sih? Beneran gapapa jujur aja. Kita kan bestie yoi nggak?" Tanya Zize duduk disebelah Xavier.
Xavier menghela napas kesal. "Ya sakitlah bego, lo pilek aja nangis kejer apalagi gue lupus? Keren banget kan gue?"
Zize kelu. Benar, Zize pilek saja sudah tidak kuat ingin segera sembuh, apalagi Xavier yang mengidap penyakit seberat itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/300460558-288-k850899.jpg)
YOU ARE READING
My Doctor
RomanceSeorang Dokter anak yang selalu merawat anak dari pemilik salah satu brand ternama. Sang Dokter selalu menemani dan memeriksa sang anak setiap minggunya, sampai suatu hari sang anak menderita penyakit Lupus eritematosus sistemik. Apa yang akan terj...