32. Regret

957 225 33
                                    

BRAKK!!

Haza menendang pintu Apartmen Jalerie setelah Jalerie men-share lokasi-nya. Haza dengan diselimuti rasa marahpun secara brutal masuk ke Apartmen dan memanggil nama Jalerie.

"JALERIE!!!!"

"KELUAR!!! DIMANA?! TIDAK KELUAR SAYA BUNUH KAMU!"

Jalerie berdiri dipintu kamarnya hanya menggunakan bikini sambil menatap Haza sambil tersenyum miring.

Jalerie menghampiri Haza lalu memeluk Haza erat namun Haza segera mendorong Jalerie sangat kuat sampai Jalerie mundur beberapa langkah.

"Kamu bohong bahwa kamu hamil?! Apa ini?" Tanya Haza menunjuk perut Jalerie yang bahkan masih terbentuk ABS-nya.

Jalerie tertawa. "Hey baby, calm down."

"ANJING!!!"

Haza memegang bahu Jalerie lalu memojokkannya kedinding. "Saya ingat betul bahwa malam itu saya hanya TIDUR sama kamu, tidur dalam artian ya benar-benar tidur! I just kiss you! Kita bahkan hanya tidur karena merasa lelah berciuman. Tidak akan lebih dari dua jam."

"Dan satu lagi, SAYA BAYAR KAMU JALANG! Saya nggak berhak atas apapun yang menimpa kamu. Dan sekali lagi! Saya cuma berciuman dengan kamu malam itu!"

Jalerie malah duduk lalu memanyunkan bibirnya. "Aku kangen kamu loh."

"Bangsat diem nggak?!"

"Duduk dulu sini."

"Cepat tes DNA sekarang. Kalau memang benar itu bukan anak saya, saya usut kamu!" Haza menunjuk Jalerie dengan emosi yang kuat.

Jalerie menggeleng dengan manjanya. "Kalau aku nggak mau?"

Haza mengusap wajahnya gusar. Sungguh, menghadapi wanita seperti ini sangat merepotkan dan menyebalkan. Demi dunia ia sangat menyesal. Memang benar melakukan hal buruk akan dibalas dengan yang buruk.

Haza kembali menunjuk-nunjuk Jalerie. "Saya akan cari cctv kamar itu!"

"Nggak bakal nemu honey."

"Pasti ada cctv tersembunyi! Saya akan usut kamu!"

Haza segera berbalik badan dan pergi dari sana. Tak lupa  Haza membanting pintu dengan hawa marah yang kuat. Jalerie, do you want play with me?

*****

Keadaan Rumah sudah sangat sepi. Hanya ada cahaya lampu dan angin malam.

Haza membuka pintu kamar Xavier. Disana Xavier sudah tertidur bersama Feni. Haza menunduk, pasti Xavier tadi susah tidur karena tidak ada Sooya. Haza sadar ini semua salahnya.

Kembali kekamarnya, Haza berharap Sooya ada disana namun mustahil. Haza juga tidak ingin mengganggu Sooya. Sooya juga butuh ketenangan dan butuh merehatkan dirinya.

Haza melirik bantal yang biasanya dipakai Sooya. Bayangan Sooya yang selalu tersenyum mendengarkannya bercerita membuat Haza gila sendiri.

"HAZA YOU ARE STUPID PEOPLE I'VE EVER SEEN!" Teriak Haza frustasi sendiri.

Haza mencoba menelepon Sooya. Haza bisa gila jika seperti ini terus. Mungkin sangat kurang ajar menelepon Sooya setelah membuat masalah yang sangat kacau tapi sungguh, Haza merindukan Sooya.

Nomor yang anda tuju, sedang berada diluar jaringan. Silahkan coba beberapa saat lagi.

"Sooya kamu dimana?" Gumam Haza khawatir.

Haza mendudukkan dirinya lalu mencoba melacak nomor Sooya. Setelah beberapa saat bergulat dengan laptop-nya, hasilnya nihil, Sooya tidak bisa dilacak.

My DoctorWhere stories live. Discover now