Hari ini jadwal pemeriksaan Xavier. Yang memeriksa bukan Sooya, melainkan spesialis Lupus, namun Dokter tersebut adalah Travi alias sahabat Sooya.
Travi dan Xavier keluar dari Ruangan dengan muka ceria.
"Bisa kita bicara dulu Soo?" Tanya Travi.
Sooya mengusap rambut Xavier. "Xavi, kamu udah melakukan yang terbaik tadi waktu pemeriksaan, disuntik juga ya tadi? Hebat banget. Sekarang jajan ice cream sama Mbak Feni, Bunda mau ngobrol sama Dokter Travi."
"Makasih Bunda. Anyway jangan deket-deket nanti Xavi laporin sama Daddy!"
Sooya terkekeh pelan lalu mengacungkan jempolnya. Setelah itu Xavier berjalan semakin jauh bersama Mbak Feni.
"Bicara apa Trav? Disini aja."
Travi memegang bahu Sooya. "Janji dulu jangan nangis."
"Trav?!"
"Lupus-nya udah nyerang sel darah Soo, kemungkinan sebulan atau dua bulan lagi nyerang otak sama jantung. Kelenjar tiroid nya juga udah nggak berfungsi menghasilkan hormon. Gue nggak bermaksud loh tapi lo tahu kalo Lupus udah nyerang jantung gimana? Ginjal juga kena." Jelas Travi.
Sooya duduk dengan keadaan tegang. Sooya melamun beberapa saat lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, menangis tersedu disana.
"Soo..."
Travi duduk disamping Sooya lalu mengusap punggung Sooya.
"Trav, kamu jadi Dokter spesialis Lupus udah berapa lama? Aku percaya sama kamu Trav!"
"Tapi nggak ada satupun yang selamat Soo, tugas gue cuma memperingan gejala mereka."
"Trav!"
Travi memeluk Sooya dari samping dengan erat. "Gapapa nangis aja Soo."
"Trav nggak bisa dong Trav!"
"Gue juga nggak ngerti Soo, walaupun Lupus nggak memandang umur tapi biasanya yang terkena dari umur lima belas bahkan umur empat puluh tahun tapi gimana bisa Xavier sekecil itu?"
"Makanya itu..."
Sooya kembali menangis dipelukan Travi. Rasanya ingin berharap namun harapan itu kosong. Bahkan Sooya tak sanggup melihat senyum Xavier untuk sekarang. Ia takut senyum itu hilang.
"Pantengin juga makanannya Soo, dalam jangka dua bulan rambut dia akan kemakan habis sama penyakit itu."
"Stop Trav! Aku mau pulang dulu."
Sooya berdiri diikuti Travi yang juga ikut berdiri.
"Lo oke bawa mobil sendiri? Mau gue anterin?" Tawar Travi.
"I'm okay, by the way thank you ya."
*****
Sooya mengampiri Xavier yang sedang duduk bersama Feni sambil memakan ice cream matcha untuk menunggunya.
Sooya menormalkan dirinya, ia tidak bisa larut dalam kesedihan dihadapan Xavier. Sebisa mungkin ia menunjukkan sisi cerianya.
"Hai anak Bunda, anak Bunda makan ice cream matcha lagi? Nggak mau nyoba varian ice cream yang lain? Kaya varian kacang almond?" Tanya Sooya.
Xavier menggeleng. "Never! Bahkan Xavi selalu do'a sama Tuhan supaya Xavi bisa hidup selama mungkin, soalnya matcha cuma ada di dunia doang!"
Sooya meneguk salivanya susah payah. Rasanya sangat sakit mendengar Xavier.
Mbak Feni memegang lengan Sooya lalu tersenyum. "Harus dong! Xavi kan mau punya adik laki-laki buat diajak jadi spiderman ya?" Ucap Feni.
"Oh tentu saja! Makanya itu Bunda ayo dong kasih Xavi adik."

YOU ARE READING
My Doctor
RomanceSeorang Dokter anak yang selalu merawat anak dari pemilik salah satu brand ternama. Sang Dokter selalu menemani dan memeriksa sang anak setiap minggunya, sampai suatu hari sang anak menderita penyakit Lupus eritematosus sistemik. Apa yang akan terj...