21. Fall in love with the beach

1.3K 271 93
                                    

Benar saja, mereka sekarang sudah berada di Pantai Florida. Tidak ada banyak orang disini, mengingat hari ini bukan hari libur dan sekarang sudah sangat sore.

Angin sepoi-sepoi menghantam tubuh Sooya dan Haza. Bahkan matahari menyapa mereka dengan sinar-nya.

"Kita mau ngapain disini?" Tanya Sooya.

"Mau naik kendaraan ATV?"

Sooya mengangguk antusias. "Boleh! Boleh banget."

"Tunggu disini."

Haza melenggang pergi dari hadapan Sooya, mungkin untuk menyewa ATV yang akan ditumpangi mereka.

Sementara Sooya bersedekap dada sambil memejamkan matanya, menikmati hembusan angin. Angin pantai memang juara!

"Kalo Xavi ikut pasti dia udah mau foto sama sunset deh." Gumam Sooya sambil terkekeh mengingat wajah Xavier.

Setelah beberapa saat, Haza datang sambil mengendarai ATV. Hembusan angin membuat rambutnya tidak beraturan ditambah kancing kemeja-nya terbuka setengah.

"Orang gila. Sooya bentar lagi jadi orgil." Ucap Sooya pelan.

Haza menatap Sooya yang masih diam ditempat. Sooya tidak segera naik ke atas ATV, malah sibuk menatap ke segala arah sambil membenarkan rambutnya.

"Mau digendong naik kesini-nya?"

"ORGIL!"

Sooya segera naik ATV dengan terburu-buru. Setelah menaiki ATV, Haza diam saja, tidak menjalankan ATV-nya. Malah sibuk menatap kesana-kemari.

"Mas? Kok diem aja?" Tanya Sooya yang akhirnya penasaran.

Haza menoleh kebelakang. "Can you hug me?"

"I-iya?"

"Kalo kamu jatuh terus saya duda dua kali nggak lucu."

Benar. Jangan berharap banyak pada megalodon didepannya.

"Nggak bakal mati juga! Alay!"

"Males ngurus BPJS."

Plak!

Sooya memukul bahu Haza dengan kekuatan penuh. "Percuma kaya kalo tak ada gunanya, percuma pintar kalo rusak otaknya..."

Haza terkekeh pelan lalu mulai menjalankan ATV-nya. Menelusuri pantai yang tengah damai. Mereka menikmati waktu mereka masing-masing, dengan pikiran masing-masing.

"Matahari-nya terang banget ya kalau dilihat dari Pantai gini?" Ucap Sooya tersenyum menatap keindahan matahari.

"Iya."

"Aku dulu nyangka-nya matahari itu hidup, aku suka nangis kalo dia tenggelam, kasian, takut sesak nafas."

Haza dibuat tertawa oleh ocehan Sooya.

"Aku juga punya pilosofi matahari loh! Dengerin ya... Seterang dan sekuat-kuatnya matahari menyinari semua orang, diakhir harinya dia tetap tenggelam dan mempunyai tempat rehat-nya yaitu Barat."

"Jadi kalau ada manusia yang merasakan lelah, hal itu wajar. Begitupun Mas Haza, kalau dalam keadaan lelah, cari aku karena aku akan jadi Barat. Jangan suka ke club untuk nyelesai-in masalah, aku nggak suka."

Sooya menghembuskan napas-nya legah setelah mengucapkan apa yang ingin ia katakan. Tidak apa jika Haza risih, ia hanya tidak suka Haza berakhir di tempat party karena Kakak-nya pun berakhir seperti itu karena tempat yang sama.

"Badan kamu punya saya, so may i touch your hand?" Ucap Haza pelan.

Tanpa menunggu jawaban Sooya, Haza menyentuh lengan Sooya lalu meletakkan-nya di pinggang Haza. Satu tangan Haza memegang stang ATV dan tangan satunya lagi memegang lengan Sooya.

My DoctorWhere stories live. Discover now