Setelah meladeni anak-anak bertampang lansia, akhirnya Sooya bebas menyusul teman-temannya ke kantin Rumah sakit dengan perasaan dag-dig-dug.
"Huh hah huh hah aku bisa nyembunyiin perasaan salting ini." Ucap Sooya meyakinkan dirinya.
Sooya duduk disamping Haidar lalu segera duduk tegap dan menormalkan napasnya. Sooya juga segera tersenyum kepada teman-temannya.
Haidar menempelkan lengannya didahi Sooya. "Nggak panas sih."
"Ya orang aku nggak apa-apa, kenapa sih?" Tanya Sooya menghempaskan lengan Haidar.
"Makan udang Soo?" Tanya Jennie.
"Apasih?" Tanya balik Sooya.
Lisa menatap Sooya kesal. "Jennie nanya lo makan udang atau nggak, malah balik nanya 'apasih'. Lo kenapa Soo?"
Haidar menggelengkan kepalanya. "Haduh orang-orang pada stres, mana gue juga orang."
Sooya berdehem pelan lalu berusaha untuk kembali kedalam dirinya.
"Aku tadi iya! Abis makan udang iya! Makanya pipi aku merah ya?"
"Udangnya gombalan Pak Haza ya makanya lo nggak merasa gatal-gatal malah kaya orang sakit jiwa?"
"Haidar!" Emosi Sooya.
Kelima teman Sooya tertawa ringan menertawakan ke-saltingan Sooya yang bisa dibilang perdana dalam hidup Sooya.
"Terus gimana Soo Pak Haza setelah lo datang ke Ruangan dia?" Tanya Rosie kepo.
"Nggak gimana-gimana, aku obatin dia, udah."
"Percaya nggak sih haha guys?" Tanya Haidar dengan wajah menyebalkannya.
Sooya menatap Haidar kesal, dada-nya kembang kempis naik turun. Rasanya ia ingin mencabik-cabik wajah Haidar jika Haidar tak tampan.
"HAIDAR!"
Travi berdehem pelan. "By the way gue difollback Anya."
Uhuk-uhuk-uhuk!
Kacang goreng yang dimakan Jennie seketika tertelan utuh sebelum dikunyah, Sooya juga hampir menyemburkan jus alpukat-nya. Semuanya sama-sama kaget.
"Nah, mulai nih ke jiwa-annya agak terganggu." Ucap Haidar santai.
"Lah? Gue serius setan, Anya anak Pak Didin yang punya gedung Cipta Abadi!" Gerutu Travi sampai menepuk meja.
Lisa melempari Travi dengan kulit kacang. "Yeu Jumadi! Bilang dong Anya mana, kan gue kira Anya Geraldine."
"Bajingan emang!" Jennie ikut menggerutu.
Haidar yang sedang melihat-lihat pemandangan dan tak sengaja melihat Haza berjalan melewati mereka pun segera merangkul Sooya, menjalankan aksi jahil-nya.
"Kenapa Dar?" Tanya Sooya.
Haidar mengangkat alisnya. "Hah? Nggak gue cuma pengen ngerangkul aja, siapa tahu lo lagi capek jadi butuh rangkulan."
"Modus-nya gila banget Bang..." Ledek Rosie.
"Ayang cemburu Ayang?" Goda Haidar.
Rosie tampak bergidik ngeri. "Lebih najis dari tempe naik harga."
"Sooya."
Ke-enam Dokter itu menoleh kala suara berat itu memanggil Sooya. Lisa, Jennie, Rosie dan Travi serentak menatap Haidar dengan tatapan maut mereka agar Haidar melepaskan rangkulannya.
Sooya menghempaskan lengan Haidar. "Eh udah keluar hasil lab tes pemeriksaan-nya? Mau pulang atau ke Perusahaan lagi? Kalo mau pulang sekalian aja soalnya hari ini jadwal aku agak renggang, jadi udah beres."

YOU ARE READING
My Doctor
RomanceSeorang Dokter anak yang selalu merawat anak dari pemilik salah satu brand ternama. Sang Dokter selalu menemani dan memeriksa sang anak setiap minggunya, sampai suatu hari sang anak menderita penyakit Lupus eritematosus sistemik. Apa yang akan terj...