Halal

3.1K 229 7
                                    

Happy Reading :)

Jangan lupa vote!

Kritik dan Saran dipersilahkan:)

–––🌹🌹🌹–––

Raut bahagia terpancar jelas di setiap wajah orang yang hadir. Terutama kedua orang tuanya. Melihatnya, membuat Kia juga turut berbahagia. Hari ini beberapa menit lagi tanggung jawab ayahnya akan berpindah total pada seorang Tsaqib.
Kia berada di dalam kamar yang sudah dihias begitu indah. Bunga mawar merah segar tertabur diatas tempat tidur yang putih. Baunya semerbak memenuhi ruangan berukuran 3x3 meter ini.

"Ya Achmad Rosyiqul Abid Tsaqib bin Musthofa, ankahtuka wa zawwajtuka mahtubataka binti Adzkia Samha Saufa alal mahri alf miliyun, haalan."

Ijab sudah dilafalkan. Jantung Kia sangat berdebar. Dirinya menjadi merinding saat Ayahnya menyerahkan dia.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur," jawab Tsaqib tegas tanpa ragu dalam satu tarikan napas.
Air mata luruh dari mata lentiknya, mendengarnya membuat Kia meneteskan air mata bahagia, dia begitu terharu. Dirinya bukan lagi milik kedua orang tuanya. Surganya sudah berpindah beralih pada seorang Gus Tsaqib yang detik ini sah menjadi suaminya dimata agama dan hukum.

Budhe Fatma dan Bunda Rahma masuk, dibelakangnya juga ada Ara, ketiganya menyusul Kia untuk menemui Tsaqib.

Bunda Rahma tersenyum lembut melihat kegugupan yang terpancar di wajah cantik putrinya. "Anak bunda, kenapa? Kok merah wajahnya?" goda Bundanya.

Kia semakin tersipu mendengar godaan sang bunda. "Ekhm udah sold out aja, Ki," timpal Ara dengan wajah tengilnya.

"Kak Ara, ihh," rajuk Kia.

Budhe Fatma yang melihat keponakannya digoda hanya terkekeh saja. "Ayo nak, Suamimu sudah nungguin di bawah," serunya menyudahi godaan- godaan yang ditujukan buat Kia.

---🌹🌹🌹---

Grogi, Kia meremas samping gaun pengantin yang dikenakannya. Dia sedang menunggu Tsaqib yang berada di kamar mandi untuk membersihkan diri.

Cklek.

Mendengar suara pintu dibuka, Kia mengalihkan pandangannya ke bawah. Napasnya berhembus gusar.

"Ki, kenapa gaunnya belum dilepas?" tanya Tsaqib.

Dia sengaja ke kamar mandi terlebih dulu supaya Kia bisa berganti pakaian dengan pakaian yang lebih nyaman tapi, ternyata Kia masih menggunakan gaunnya.

"Em-m a-anu resletingnya gabisa dibuka," cicit Kia bohong. Padahal dia belum menyentuh resletingnya sama sekali.

Kia mencoba membuka resleting gaunnya dan ucapannya dikabulkan Allah begitu saja. Tangannya kesulitan membuka resleting belakangnya.

Melihat istrinya yang kesulitan, Tsaqib mendekat berdiri dibelakang tubuh Kia yang menghadap ke cermin.

Badan Kia seketika menengang. Hembusan napas dingin dapat dirasakan di tengkuknya yang masih terbalut hijab.

Dibelakangnya, Tsaqib tersenyum tipis melihat kegugupan Kia. Pipinya sudah merona karena perlakuannya.

"Sudah," bisik Tsaqib tepat di telinga Kia.

Tanpa berbalik Kia mengacir begitu saja ke kamar mandi dan mengunci pintunya rapat- rapat. Napasnya tak beraturan seperti orang habis marathon beberapa kilo.

AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang