Kia Demam

4.4K 231 10
                                    

Happy reading :)

Kritik dan Saran dipersilahkan :)

Jangan lupa vote guys♥

🌹🌹🌹🌹

Suasana dapur rumah Gus Tsaqib sedikit berbeda. Dapur yang biasanya ramai dengan suara nyanyian Kia, kini hanya terdengar suara alat masak yang saling beradu saja.

Meja makan yang biasa dipenuhi dengan masakan Kia, kini hanya tersaji masakan Ning Zira saja.

Srekk

Tsaqib datang menarik kursi di dekat Ning Zira. "Kia, mana?" tanyanya heran.

Tidak biasanya Kia terlambat bangun pagi.

"Gatau, mungkin masih tidur."

"Tidur?" tanya Tsaqib masih tak percaya.

Rasa khawatir tiba-tiba menyeruak dalam hatinya. Dia beranjak kembali, pergi menuju kamar Kia. Ralat, kamar tamu yang sekarang ditempati Kia maksudnya. Sejak kemarin, Tsaqib benar- benar memindah kamar Kia di kamar tamu.

"Loh Mas, mau kemana?"

"Ke kamar Kia,"

Cemburu? Tentu saja. Ning Zira merasa cemburu melihat reaksi suaminya. Apa tidak berhak dia cemburu? Berhak. Karena Ning Zira juga memiliki hak yang sama dengan Kia. Hebatnya, Ning Zira tidak menunjukkan kecemburuan itu secara terang-terangan.

Dia hanya memilih diam, dan melanjutkan menata masakannya yang sudah siap untuk dimakan.

–––🌹🌹🌹–––

Satu kata yang bisa digambarkan Tsaqib saat pertama melihat kamar Kia, 'gelap'.

'Sejak kapan Kia suka gelap?' batin Tsaqib.

Tsaqib berjalan ke arah samping ranjang menghidupkan lampu agar dia mendapat penerangan. Dan alangkah terkejutnya dia saat melihat tubuh Kia meringkuk dibalik selimut yang tebal.

"Kia!" panggilnya panik.

Kia tak bergeming. Dia masih tetap pada posisinya. Kepalanya sangat sakit sekali. Dirinya menggigil kedinginan.

"Bun..daa.." lirihnya.

Tsaqib mengecek tubuh istrinya, panas.

Tsaqib kembali lagi ke dapur mengambil air untuk mengompres Kia. Dirinya begitu panik saat tau suhu tubuh Kia panas sekali.

"Buat apa, Mas?"

"Kia demam."

Setelah mendapat apa yang dicari, Tsaqib kembali ke kamar Kia. Dia membenahi tidur Kia. Dengan telaten dia mengompres Kia berharap agar suhunya sedikit turun.

"Bundaa.."

Mendengar Kia mengigau memanggil bundanya benar-benar membuat Tsaqib tersayat.

Gus Tsaqib keluar, dia pergi menemui Uminya.

"Assalamu'alaikum Umi,"

"Wa 'Alaikumussalaam, kenapa nak?"

"Kia demam,"

"Innalillahi, kamu sudah telpon dokter?"

AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang